" KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BAHAN AJAR
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Materi Bahasa Dan Sastra Indonesia

Disusun Oleh:
Kelompok 3
Nama  :  1. Sehat. SM. Silalahi (12110287)
Dosen Pembimbing : Harlen Simanjuntak, M.Pd
Logo+Universitas+HKBP+Nommensen.jpg
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014



KATA PENGANTAR

             Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang " Kelebihan Dan Kelemahan Bahan Ajar”yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Materi Bahasa Dan Sastra Indonesia.
      Penulis menyadari bahwa makalah ini belum tentu dianggap benar oleh semua pihak. Oleh karena itu, kritik dan saran oleh semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, terlebih dahulu penulis ucapkan terima kasih dan mohon maaf bila ada kesalahan kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.

                                                                                                           Medan, November 2014
                                                                                            
                                                                                                                    Penulis









i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR………………………………………………………………………..i
DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………………………….1
A.    Latar Belakang ……………………………………..……………………………….1
B.     Rumusan Masalah…………………………………………………………………..2
C.    Tujuan …………..…………………………………………………………………...2
BAB II PEMBAHASAN……………………………………………………………………..3
A.        Kelebihan Dan Kelemahan Bahan Ajar …………………………………………3
B.         Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Pengembangan Bahan Ajar ………………………………………………………………………………………..6
C.        Evaluasi Bahan Ajar……………………………………………………………….9
D.        Media Pembelajaran Dan Bahan Ajar…………………………………………...13
BAB III PENUTUP
A.    Kesimpulan……………………………………………………………………...14
B.     Saran……………………………………………………………………………..15

Daftar Pustaka………………………………………………………………………16









ii
BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Pada era globalisasi saat ini terjadi perubahan paradigma dalam dunia pendidikan. Pendidikan yang berlangsung sekarang setidaknya menghadapi dua tantangan. Tantangan yang pertama berasal dari adanya perubahan pandangan terhadap belajar itu sendiri. Selain itu orang-orang yang terlibat dalam dunia pendidikan lebih tertarik pada aspek kognitif dan afektif siswa, atau lebih tepatnya bagaimana dan apa yang terjadi apabila siswa belajar secara dinamis, termasuk faktor internal dan eksternal apa yang mempengaruhi cara berpikir atau belajar mereka. Terlebih lagi pada guru mata pelajaran Sejarah. Kebanyakan guru mata pelajaran Sejarah cara pengajarannya monoton dan membuat peserta didik merasa bosan dan jenuh terhadap materi yang diajarkan.
Dari uraian di atas penulis ingin membuat makalah yang berjudul “KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BAHAN AJAR “.

B.     Rumusan Masalah
Makalah ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut.
1.  Apa Kelebihan Dan Kelemahan Bahan Ajar?
2.   Apa Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Pengembangan Bahan Ajar?
3.   Bagaimana Evaluasi Bahan Ajar?
4.   Apa saja Media Pembelajaran Dan Bahan Ajar?

C.    Tujuan Makalah
Makalah ini memiliki tujuan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui Kelebihan Dan Kelemahan Bahan Ajar
2. Untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Dalam Pengembangan Bahan Ajar.
3. Evaluasi Bahan Ajar.
4.  Untuk memahami Media Pembelajaran Dan Bahan Ajar.


BAB II
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BAHAN AJAR

A.    KELEBIHAN DAN KELEMAHAN BAHAN AJAR
Untuk dapat melakukan evaluasi terhadap ”sesuatu” kita memerlukan pengetahuan mengenai sisi positif dan negatif dari sesuatu tersebut. Dengan mengetahui kedua sisi tersebut, kita dapat menghasilkan evaluasi yang lengkap.  Dengan demikian, kita akan dapat menghasilkan evaluasi yang memperlihatkan aspek yang berkualitas tinggi dari sesuatu yang dievaluasi sambil pada saat yang bersamaan juga dapat memunculkan aspek yang masih dapat ditingkatkan kualitasnya.
Pendekatan yang sama akan kita lakukan dalam melakukan evaluasi terhadap bahan ajar khususnya bahan ajar cetak. Sebelum melakukan evaluasi ( dengan menggunakan format dan langkah yang terstruktur), Anda akan diingatkan tentang kelebihan dan kelemahan bahan ajar. Gunakan informasi ini sebagai latar belakang pada saat Anda melakukan evaluasi.
Bahan ajar menurut Pannen (1995) didefinisikan sebagai kumpulan bahan atau materi pelajaran yang disusun secara sistematis untuk digunakan pendidik dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Di samping itu , bahan ajar bersifat unik dan spesifik. Unik dalam pengertian bahwa bahan ajar hanya digunakan untuk audiens tertentu dalam suatu proses pembelajaran tertentu.
Spesifik mencerminkan bahwa bahan ajar dirancang sedemikian rupa hanya untuk mencapai tujuan tertentu dari audiens tertentu dan sistematika cara penyampaiannya disesuaikan dengan karakteristik peserta didik yang menggunakannya. Sedangkan bahan ajar cetak menurut Kemp dan Dayton (1985) didefinisikan sebagai sejumlah bahan yang disiapkan dalam kertas yang dapat berfungsi untuk keperluan pembelajaran atau penyampaian informasi.
Bahan ajar cetak , seperti juga bahan ajar yang menggunakan media lain, mempunyai aspek positif yang menyebabkan bahan ajar cetak dipilih dan digunakan dalam proses pembelajaran. Aspek positif ini tidak muncul begitu saja, tetapi perlu ditunjang oleh langkah-langkah terstruktur sehingga aspek positif ini dapat muncul dalam bahan ajar cetak yang kita kembangkan.Pengetahuan mengenai aspek positif dari bahan ajar cetak ini berguna baik pada saat kita memilih atau mengembangkan bahan ajar cetak tetapi juga bermanfaat pada saat kita melakukan evaluasi terhadap produk bahan ajar cetak. Pada saat melakukan evaluasi , Anda diharapkan cukup jeli melihat kehadiran aspek positif dalam produk yang dievaluasi.
Aspek positif bahan ajar cetak dikemukan oleh Bates ( 1985) dan Heinich (1996) sebagai berikut:
1.      Dari sudut media
Media cetak merupakan media yang paling mudah diperoleh dan lebih sederhana dibandingkan program komputer ( Bates, 1985), dapat dipelajari dan dibaca di mana saja dan kapan saja, tidak perlu  alat khusus dan mahal untuk memanfaatkannya.
2.      Dari sudut pengajaran
Bahan ajar cetak lebih unggul dibanding bahan ajar jenis lain karena bahan ajar cetak merupakan media yang canggih dalam hal mengembangkan kemampuan peserta didik untuk belajar tentang fakta dan mampu memahami prinsip-prinsip umum dan abstrak dengan menggunakan argumentasi yang logis.
3.      Dari sudut kualitas penyampaian
Bahan ajar cetak dapat memaparkan kata-kata , angka-angka, notasi musik, gambar dua dimensi, serta diagram. Jika  biaya bukan merupakan masalah maka media cetak dapat dipresentasikan lengkap dengan illustrasi yang berwarna.
4.      Dari sudut penggunaan
Bahan ajar cetak bersifat self sufficient di mana untuk menggunakannya tidak diperlukan alat lain, mudah dibawa karena bentuknya kecil dan ringan, informasi di dalamnya dapat dengan cepat diakses dan mudah dibaca secara sekilas oleh penggunanya.
5.      Dari sudut ekonomi
Bahan ajar cetak relatif murah untuk diproduksi atau dibeli dan dapat digunakan berulang-ulang. Di samping itu, pengirimannya relatif lebih mudah, efisien, cepat dan ongkosnya relatif lebih murah.
Di samping mempunyai sisi positif, maka bahan ajar juga mempunyai sisi negatif atau kelemahan-kelemahan . Kelemahan bahan ajar cetak  antara lain:
a.       Tidak mampu mempresentasikan gerakan , pemaparan materi bersifat linear, tidak mampu mempresentasikan kejadian secara berurutan.
  1. Sulit memberikan bimbingan kepada pembacanya yang mengalami kesulitan memahami bagian tertentu dari bahan ajar tersebut.
  2. Sulit memberikan umpan balik untuk pertanyaan yang diajukan yang memiliki banyak kemungkinan jawaban atau pertanyaan yang membutuhkan jawaban yang kompleks dan mendalam.
  3. Tidak dapat mengakomodasi peserta didik dengan kemampuan baca terbatas karena bahan ajar cetak ditulis pada tingkat baca tertentu.
  4. Memerlukan pengetahuan prasyarat agar peserta didik dapat memahami materi yang dijelaskan. Peserta didik yang tidak memenuhi asumsi pengetahuan prasyarat ini akan mengalami kesulitan dalam memahami.
  5. Cenderung digunakan sebagai hafalan. Ada sebagian guru yang menuntut peserta didiknya untuk menghafal data, fakta, dan angka. Tuntutan ini akan membatasi penggunaan bahan ajar cetak hanya sebatas alat bantu menghafal.
  6. Kadangkala memuat terlalu banyak terminologi dan istilah sehingga dapat menyebabkan beban kognitif yang besar kepada peserta didik.
  7. Presentasi satu arah karena bahan ajar cetak tidak interaktif sehingga cenderung digunakan dengan pasif, tanpa pemahaman yang memadai.





B.     Faktor-faktor yang Dipertimbangkan dalam Pengembangan Bahan Ajar
       Seorang guru diharapkan dapat mengembangkan bahan ajar untuk digunakan dalam proses pembelajaran di kelasnya. Dalam proses pengembangan bahan ajar tersebut, terdapat 7 (tujuh) faktor yang harus dipertimbangkan oleh guru agar bahan ajarnya menjadi efektif. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut.
  1. Kecermatan isi, berkenaan dengan validitas isi dan keselarasan isi.
  2. Ketepatan cakupan, berkenaan dengan keluasan dan kedalaman materi, serta keutuhan konsep yang dibahas berdasarkan bidang ilmunya.
  3. Ketercernaan bahan ajar, berkenaan dengan kemudahan bahan ajar tersebut dipahami dan dimengerti oleh siswa sebagai pengguna.
  4. Penggunaan bahasa, berkenaan dengan pemilihan ragam bahasa, pemilihan kata, penggunaan kalimat efektif, dan penyusunan paragraf yang bermakna.
  5. Perwajahan/pengemasan, berkenaan dengan penataan letak informasi dalam satu halaman cetak.
  6. Ilustrasi, berkenaan dengan variasi penyampaian pesan dalam bahan ajar agar lebih menarik, memotivasi, komunikatif, dan membantu pemahaman siswa terhadap isi pesan.
7.      Kelengkapan komponen, berkenaan dengan paket bahan ajar yang dapat berfungsi sebagai komponen utama, komponen pelengkap, dan komponen evaluasi hasil belajar.

C.    EVALUASI BAHAN AJAR
Pada evaluasi bahan ajar ini akan dibahas mengenai apa dan bagaimana melakukan evaluasi bahan ajar, khususnya bahan ajar cetak. Untuk mengevaluasi bahan ajar cetak, tentu diawali dengan pengembangan bahan ajar cetak seperti modul, diktat maupun bahan ajar cetak lainnya. Kemampuan mengembangkan bahan ajar cetak tidak muncul begitu saja pada saat Anda mempelajari evaluasi bahan ajar tentang pengembangan bahan ajar cetak yaitu memahami faktor dan prosedur pengembangan bahan ajar melainkan juga dapat dikembangkan dari hasil evaluasi bahan ajar cetak. Bahan ajar yang disusun efektif dan informatif apa tidak diperlukan adanya evaluasi bahan ajar.
Evaluasi bahan ajar ini dikemas dalam dua kegiatan belajar ( KB.1 dan KB.2 ). Pada kegiatan belajar pertama dijelaskan mengenai variabel yang harus diperhatikan pada saat melakukan evaluasi bahan ajar khususnya bahan ajar cetak. Pembahasan variabel-variabel ini untuk memudahkan kaitan antara variabel-variabel tersebut dalam evaluasi.
Pada Kegiatan Belajar kedua dilakukan simulasi evaluasi untuk modul atau bahan ajar lainnya, khususnya bahan ajar cetak. Untuk keperluan ini, maka diperlukan adanya format-format tertentu yang harus digunakan, langkah-langkah dalam proses evaluasi, dan latihan melakukan evaluasi bahan ajar .
Selesainya pembahsan modul dari kegiatan belajar pertama dan kedua, Anda diharapkan mampu menilai bahan ajar yang efektiuf dan informatif. Kompetensi yang akan dicapai setelah menyelesaikan modul ini adalah:
  1. Mampu menjelaskan variabel yang perlu diperhatikan pada saat melakukan evaluasi bahan ajar khususnya bahan ajar cetak.
  2. Mampu menentukan penggunaan format evaluasi bahan ajar berdasarkan jenis bahan ajar.
  3. Mampu melakukan evaluasi terhadap bahan ajar, khususnya bahan ajar cetak.
  4. Mampu menindaklanjuti hasil evaluasi terhadap bahan ajar.
Untuk membantu agar Anda dapat menguasai kompetensi yang diharapkan, perhatikan baik-baik penjelasan dalam modul ini serta lakukan latihan yang diberikan dengan benar.  Jika perlu buatlah catatan yang akan mempermudah Anda pada saat Anda harus mengevaluasi bahan ajar khususnya bahan ajar cetak.

D.    MEDIA PEMBELAJARAN DAN BAHAN AJAR
1.     Modul Pembelajaran
Modul pembelajaran merupakan satuan program belajar mengajar  yang terkecil, yang dipelajari oleh siswa sendiri secara perseorangan atau diajarkan oleh siswa kepada dirinya sendiri (self-instructional) (Winkel, 2009:472).
Modul pembelajaran adalah bahan ajar yang disusun secara sistematis dan menarik yang mencakup isi materi, metode dan evaluasi yang dapat digunakan secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan (Anwar, 2010).
Menurut Goldschmid, Modul pembelajaran sebagai sejenis satuan kegiatan belajar yang terencana, di desain guna membantu siswa menyelesaikan tujuan-tujuan tertentu. Modul adalah semacam paket program untuk keperluan belajar (Wijaya, 1988:128).
Vembriarto (1987:20), menyatakan bahwa suatu modul pembelajaran adalah suatu paket pengajaran yang memuat satu unit konsep daripada bahan pelajaran. Pengajaran modul merupakan usaha penyelanggaraan pengajaran individual yang memungkinkan siswa menguasai satu unit bahan pelajaran sebelum dia beralih kepada unit berikutnya.

Berdasarkan beberapa pengertian modul di atas maka dapat disimpulkan bahwa modul pembelajaran adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri.
a.      Ciri-ciri/ Karakteristik Modul
Modul pembelajaran merupakan salah satu bahan belajar  yang dapat dimanfaatkan oleh siswa secara mandiri. Modul yang baik harus disusun secara sistematis, menarik, dan jelas. Modul dapat digunakan kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kebutuhan siswa.
Anwar (2010), menyatakan bahwa karakteristik modul pembelajaran sebagai berikut :
1)      Self instructional, Siswa mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. 
2)      Self contained, Seluruh materi pembelajaran dari satu unit kompetensi yang dipelajari terdapat didalam satu modul utuh.
3)      Stand alone, Modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama-sama dengan media lain.
4)      Adaptif, Modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi.
5)      User friendly, Modul hendaknya juga memenuhi kaidah akrab bersahabat/akrab dengan pemakainya.
6)      Konsistensi, Konsisten dalam penggunaan font, spasi, dan tata letak.
Menurut Wijaya (1988:129), ciri-ciri pengajaran modul pembelajaran adalah :
1)      Siswa dapat belajar individual, ia belajar dengan aktif tanpa bantuan maksimal dari guru.
2)      Tujuan pelajaran dirumuskan secara khusus. Rumusan tujuan bersumber pada perubahan tingkah laku.
3)      Tujuan dirumuskan secara khusus sehingga perubahan tingkah laku yang terjadi pada diri siswa segera dapat diketahui. Perubahan tingkah laku diharapkan sampai 75% penguasaan tuntas (mastery learning)
4)      Membuka kesempatan kepada siswa untuk maju berkelanjutan menurut kemampuannya masing-masing.
5)      Modul merupakan paket pengajaran yang bersifat self-instruction, dengan belajar seperti ini, modul membuka kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan dirinya secara optimal.
6)      Modul memiliki daya informasi yang cukup kuat. Unsur asosiasi, struktur, dan urutan bahan pelajaran terbentuk sedemikian rupa sehingga siswa secara spontan mempelajarinya.
7)      Modul banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berbuat aktif.

b.      Kelemahan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar dengan menggunakan modul juga sering disebut dengan belajar mandiri. Menurut Suparman (1993:197), menyatakan bahwa bentuk kegiatan belajar mandiri ini mempunyai kekurangan-kekurangan sebagai berikut :
1)      Biaya pengembangan bahan tinggi dan waktu yang dibutuhkan lama.
2)      Menentukan disiplin belajar yang tinggi yang mungkin kurang dimiliki oleh siswa pada umumnya dan siswa yang belum  matang pada khususnya.
3)      Membutuhkan ketekunan yang lebih tinggi dari fasilitator untuk terus menerus mamantau proses belajar siswa, memberi motivasi dan konsultasi secara individu setiap waktu siswa membutuhkan.
Tjipto (1992:72), juga mengungkapkan beberapa hal yang memberatkan belajar dengan menggunakan modul, yaitu :
1)      Kegiatan belajar memerlukan organisasi yang baik
2)      Selama proses belajar perlu diadakan beberapa ulangan/ujian, yang perlu dinilai sesegera mungkin
Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam pembelajaran menggunakan modul juga memiliki beberapa kelemahan yang mendasar yaitu bahwa memerlukan biaya yang cukup besar serta memerlukan waktu yang lama dalam pengadaan atau pengembangan modul itu sendiri, dan membutuhkan ketekunan tinggi dari guru sebagai fasilitator untuk terus memantau proses belajar siswa.
c.       Kelebihan Pembelajaran dengan Menggunakan Modul
Belajar menggunakan modul sangat banyak manfaatnya, siswa dapat bertanggung jawab terhadap kegiatan belajarnya sendiri, pembelajaran dengan modul sangat menghargai perbedaan individu, sehingga siswa dapat belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya, maka pembelajaran semakin efektif dan efisien.

Tjipto (1991:72), mengungkapkan beberapa keuntungan yang diperoleh jika belajar menggunakan modul, antara lain :
1)      Motivasi siswa dipertinggi karena setiap kali siswa mengerjakan tugas pelajaran dibatasi dengan jelas dan yang sesuai dengan kemampuannya.
2)      Sesudah pelajaran selesai guru dan siswa mengetahui benar siswa yang berhasil dengan baik dan mana yang kurang berhasil.
3)      Siswa mencapai hasil yang sesuai dengan kemampuannya.
4)      Beban belajar terbagi lebih merata sepanjang semester.
5)      Pendidikan lebih berdaya guna.
Selain itu Santyasa (Suryaningsih, 2010:31), juga menyebutkan beberapa keuntungan yang diperoleh dari pembelajaran dengan penerapan modul adalah sebagai berikut :
1)      Meningkatkan motivasi siswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan.
2)      Setelah dilakukan evaluasi, guru dan siswa mengetahui benar, pada     modul yang mana siswa telah berhasil dan pada bagian modul yang mana mereka belum berhasil.
3)      Bahan pelajaran terbagi lebih merata dalam satu semester.
4)      Pendidikan lebih berdaya guna, karena bahan pelajaran disusun menurut jenjang akademik.


2.     MEDIA CETAK
Media cetak atau menurut Eric Barnow disebut “ printed page”  adalah meliputi segala barang yang dicetak, yang ditujukan untuk umum atau untuk suatu publik tertentu. Dengan demikian yang dimaksud adalah meliputi surat kabar, majalah, serta segala macam barang cetakan yang ditujukan untuk menyebarluaskan pesan-pesan komunikasi. Media cetak sendiri pengertiannya adalah media statis yang mengutamakan pesan visual yang terdiri dari lembaran, sejumlah kata gambar atau foto. Umumnya media cetak lini atas yang digunakan sebagai media perikalanan adalah surat kabar dan majalah, sedangkan media cetak lini bawah yang digunakan berupa leaflet, brosur, poster dan sebagainya.
Media cetak bila digunakan sebagai media penyampai pesan-pesan iklan, mengingat bahwa pesan-pesan iklan pada umumnya adalah merupakan pesan-pesan yang bersifat persuasive, maka akan nampak jelas kelemahan-kelemahan yang melekat pada setiap jenis media cetak. Umpamanya saja dari segi kelemahannya, ia tidak memiliki unsur bunyi suara manusia (human voice) sebagaimana yang terdapat pada radio maupun televisi, yang dapat menimbulkan rasa hangat dan keakraban yang berpengaruh terhadap tigkat persuasi. Kelemahan umum media cetak sebagai media periklanan.
Menurut Eric Barnow, The printed page sebagai media penyampai pesan yang berujud cetak punya beberapa kelemahan antara lain:
a.       The printed page tidak mempunyai suara , jadi tidak bisa menimbulkan kesan akrab sehingga kurang mampu menggugah emosi.
b.      Yang bisa dicapai oleh printed page hanyalah mereka yang bisa membaca, bahkan dalam printed tertentu pembacanya adalah orang – orang yang berpendidikan.
c.       Karena printed page dicetak, maka printed page menghendaki untuk dibaca.
d.      Jika radio, TV dan sebagainya bisa dinikmati oleh dua orang atau lebih secara bersama-sama, maka pada printed page, hal ini kurang leluasa untuk dilakukan.
Mengingat beberapa kelemahan media cetak seperti diatas, maka para pemasang iklan yang menggunakan media cetak sebagai media penyampai pesan-pesan iklannya harus meramu kata dan kalimat, juga punya kemampuan lebih dalam memvisualisasikan produk. Gambar (visual) dan kata inilah yang diharapkan mampu mempengaruhi target audience sehingga berbuat sebagaimana yang disarankan oleh produsen barang dan jasa (pemasang iklan).
Meskipun memiliki kelemahan, namun media cetak juga memiliki kelebihan yang secara umum meliputi:
a.       Media cetak terdokumentasi ; bisa disimpan atau dicollect isi informasinya.
b.      Media cetak lebih terjangkau dari segi harga maupun distribusinya.
c.       Media cetak lebih mampu untuk menjelaskan hal-hal yang bersifat kompleks atau rigid.
Surat kabar (SK) hadir dalam berbagai bentuk yang jenisnya dapat dibagi dalam beberapa kategori seperti frekuensi terbit (harian atau mingguan), bentuknya (tabloid atau koran), kelas ekonomi pembaca (misal yellow paper untuk golongan ekonomi menegah ke bawah; pos kota), peredarannya (nasional, regional atau lokal), penekanan isi (konomi, kriminal atau umum).
Kesemua kategori tersebut merupakan wujud dari struktur surat kabar itu sendiri, yang bila diuraikan adalah sebagai berikut:
d.      Frekuensi terbit
Frekuensi penerbitan surat kabar dibedakan dalam 6 jenis frekuensi penerbitan meliputi 7 x seminggu, 6 x seminggu, 5 x seminggu, 3 x seminggu, 2 x seminggu dan 1 x seminggu. Frekuensi terbit digunakan oleh pengiklan untuk melihat usia surat kabar dalam peredaran. Usia surat kabar harian hanya satu hari sehingga lewat satu hari telah dianggap basi. Sementara usia surat kabar mingguan usia edarnya 1 minggu, informasinya tidak cepat basi. Selain usia edar diperhatikan pula bahwa hari edar juga menjadi pertimbangan SK yang terbit hari Minggu tentuis ilannya bukan iklan yang merangsang orang untuk berpikir berat karena umumnya hari minggu bernuansa suasana santai. Iklan yang cocok misalnya olah raga, pasar swakayan, tempat wisata dan sebagainya.
e.       Ukuran
Ukuran SK di dibedakan dalam bentuk tabloid dan standar (broadsheet). Bentuk tabloid terdiri dari enam kolom (5 x 35 cm). Ukuran ini berkesan tabloid mirip majalah tak berjilid. Sedangkan bentuk standar memiliki ukuran delapan atau sembilan kolom. Ukuran menjadi pertimbangan dalam segi kreatif iklan yang berujud art work.
f.       Sirkulasi
Sirkulasi SK dikategorikan dalam betuk lokal, regional dan nasional. Pada prakteknya umumnya koran lokal juga mengiklankan iklan yang datangnya dari pusat sehingga koran lokal juga merupakan kepanjangan tangan dari pengiklan nasional. Pertimbangn sirkulasi ini juga digunakan sebagai pertimbangn untuk memilih target audiences.
g.      Format Isi
Format isi berkaitan dengan segmentasi dari target audiences, oleh karenanya umumnya format SK disesuaikan dengan interest dari target audiencesnya. Format isi SK saat ini kian beragam namun secara umum dapat dibagi dalam kategori umum, ekonomi, olah raga, kriminal, klenik (mistis), hiburan, wanita, teknologi dan property.
h.      Kelas Sosial budaya
Pembaca Sk dapat dikategorikan dalam 2 jenis bila dilihat dari kelas pembacanya, yaitu :
1) Hing brow news paper: koran untuk kelas mengeah ke atas. Ciri-cirinya menggunakan bahasa tidak langsung dan diksinya berkualitas, disajikan secara sopan dan tidak banyak illustrasi.
2) Boulevard news paper: koran untuk masyarakat menegah ke bawah. Ciri-cirinya gaya bahasa gamblang diksinya lugas, bersifat emosional dan banyak illustrasinya.

a. Kekuatan Surat Kabar Sebagai Media Iklan
1) Market coverage ; surat kabar mampu menjangkau daerah-daerah perkotaan sesuai cakupan wilayahnya.
2) Comparison shooping ; surat kabar sering digunakan sebagai bahan acuan atau referensi konsumen dalam membeli barang atau jasa.
3)      Positive consumer attitude ; aktualitas informasi yang sampaikan digunakan juga sebagai acuan pembaca.
4)     Felxibelity ; lebih luwes dalam menentukan jadwal publikasi iklan dan surat kabar yang mempublikasikan (apakah lokal, regional ataukah nasional) berkaitan dengan khalayak yang dijadikan sasaran iklan.
b. Kelemahan Surat Kabar Sebagai Media Iklan
1)      Short life span ; meski jangkauannya luas dan massal serta dapat didokumentasikan, pembaca surat kabar hanya butuh waktu kurang lebih 15 menit hingga 30 menit untuk membacanya serta umumnya hanya sekali saja membacanya. Selain itu usia informasinya hanya 24 jam setelah itu sudah dianggap basi.
2)      Clutter ; Jika isi dan tata letaknya kacau akan mempengaruhi pemaknaan dan pemahaman isi pesan iklan oleh pembacanya.
3)      Limited coverage of certains group ; beberapa kelompok tertentu tidak bisa dijangkau oleh surat kabar, misal kelompok masyarakat menengah ke bawah atau masyarakat usia di bawah 15 tahun.
4)     Products that don’t fit ; beberapa produk tidak dapat diiklankan dengan menggunakan surat kabar karena memerlukan demonstrasi atau memerlukan pertimbangan tertentu. Contoh iklan BH atau iklan peralatan olah raga.

3.     MEDIA AUDIOVISUAL
Tahun 1970 ditemukan teknologi CCD (Charged Caupled Device) menggantikan tabung citra vidicon. Kamera foto dan kamera video berkembang sangat pesat berkat penemuan tersebut. Akhirnya hanya tinggal teknik lensa saja yang hampir tidak berubah. Media penyimpan mengalami perkembangan dan melahirkan banyak varian, di antaranya dalam bentuk pita (cassete), cakram (disk), dan memori chip. Dengan demikian sinematografi tidak lagi identik dengan media penyimpan film/selluloid. Masyarakat mulai risih menyebut gambar hasil tangkapan dengan teknik sinematografi sebagai film karena media penyimpannya memang bukan lagi film. CCD yang jauh lebih murah dibanding tabung citra vidicon juga menyebabkan harga kamera menjadi murah, dengan demikian penyebarannya menjadi lebih pesat.
Media berarti wadah atau sarana. Dalam bidang komunikasi, istilah media yang sering kita sebut sebenarnya adalah penyebutan singkat dari media komunikasi. Media komunikasi sangat berperan dalam mempengaruhi perubahan masyarakat. Televisi dan radio adalah contoh media yang paling sukses menjadi pendorong perubahan. Audio-visual juga dapat menjadi media komunikasi. Penyebutan audio-visual sebenarnya mengacu pada indra yang menjadi sasaran dari media tersebut. Media audiovisual mengandalkan pendengaran dan penglihatan dari khalayak sasaran (penonton). Produk audio-visual dapat menjadi media dokumentasi dan dapat juga menjadi media komunikasi. Sebagai media dokumentasi tujuan yang lebih utama adalah mendapatkan fakta dari suatu peristiwa. Sedangkan sebagai media komunikasi, sebuah produk audio-visual melibatkan lebih banyak elemen media dan lebih membutuhkan perencanaan agar dapat mengkomunikasikan sesuatu. Film cerita, iklan, media pembelajaran adalah contoh media audio-visual yang lebih menonjolkan fungsi komunikasi. Media dokumentasi sering menjadi salah satu elemen dari media komunikasi. Karena melibatkan banyak elemen media, maka produk audio-visual yang diperuntukkan sebagai media komunikasi kini sering disebut sebagai multimedia.
Pada masyarakat yang masih terbelakang (belum berbudaya baca-tulis) elemen-elemen multimedia tidak seluruhnya secara optimal menunjang komunikasi. Masyarakat terbelakang hanya mengenal gambar dan suara. Pada masyarakat modern seluruh elemen multimedia menjadi sangat vital dalam membangun kesatuan dan memperkaya informasi. Suara, teks, gambar statis, animasi dan video harus diperhitungkan sedemikian rupa penampilannya, sehingga dapat menyajikan informasi yang sesuai dengan ciri khas masyarakat modern yakni efektif dan efisien. Untuk kepentingan efektifitas dan efisiensi inilah kemudian muncul istilah multimedia yang bersifat infotainment (informatif sekaligus menghibur) dan multilayer (beberapa lapis tampil pada saat yang sama). Saat menyaksikan tayangan TV masyarakat telah terbiasa melihat sinetron sambil mencermati tambahan berita dalam bentuk teks yang bergerak di bagian bawah layar TV, dan sesekali melirik logo perusahaan TV di pojok atas.

4.      MEDIA BERBASIS KOMPUTER
Komputer merupakan jenis media yang secara virtual dapat menyediakan respon yang segera terhadap hasil belajar yang dilakukan oleh siswa. Lebih dari itu, komputer memiliki kemampuan menyimpan dan memanipulasi informasi sesuai dengan kebutuhan. Perkembangan teknologi yang pesat saat ini telah memungkinkan komputer memuat dan menayangkan beragam bentuk media di dalamnya. Dalam hal ini Heinich, Molenda, & Russel (1996: 228) mengemukakan bahwa : “…It has ability to control and integrate a wide variety of media – still pictures, graphics and moving images, as well as printed information. The computer can also record, analyze, and react to student responses that are typed on a keyboard or selected with a mouse“.
Multimedia berbasis komputer dapat pula dimanfaatkan sebagai sarana dalam melakukan simulasi untuk melatih keterampilan dan kompetensi tertentu. Misalnya, penggunaan simulator kokpit pesawat terbang yang memungkinkan peserta didik dalam akademi penerbangan dapat berlatih tanpa menghadapi risiko jatuh. Contoh lain dari penggunaan multimedia berbasis komputer adalah tampilan multimedia dalam bentuk animasi yang memungkinkan mahasiswa pada jurusan eksakta, biologi, kimia, dan fisika melakukan percobaan tanpa harus berada di laboratorium.
Perkembangan teknologi komputer saat ini telah membentuk suatu jaringan (network) yang dapat memberi kemungkinan bagi siswa untuk berinteraksi dengan sumber belajar secara luas. Jaringan komputer berupa internet dan web telah membuka akses bagi setiap orang untuk memperoleh informasi dan ilmu pengetahuan terkini dalam bidang akademik tertentu. Diskusi dan interaksi keilmuan dapat terselenggara melalui tersedianya fasilitas internet dan web di sekolah.
Penggunaan internet dan web tidak hanya dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap kegiatan akademik siswa tapi juga bagi guru. Internet dan web dapat memberi kemungkinan bagi guru untuk menggali informasi dan ilmu pengetahuan dalam mata pelajaran yang menjadi bidang ampuannya. Melalui penggunaan internet dan web, guru akan selalu siap mengajarkan ilmu pengetahuan yang mutakhir kepada siswa. Hal ini tentu saja menuntut kemampuan guru itu sendiri untuk selalu giat mengakses website dalam bidang yang menjadi keahliannya. Hal ini sejalan dengan definisi Pannen (2003) mengenai media dan teknologi pembelajaran di sekolah dalam arti luas yang mencakup perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software), dan sumberdaya manusia (humanware) yang dapat digunakan untuk memperkaya pengalaman belajar siswa.
Media dalam pembelajaran memiliki fungsi sebagai alat bantu untuk memperjelas pesan yang disampaikan guru. Media juga berfungsi untuk pembelajaran individual dimana kedudukan media sepenuhnya melayani kebutuhan belajar siswa (pola bermedia). Beberapa bentuk penggunaan komputer media yang dapat digunakan dalam pembelajaran meliputi:
a.      Penggunaan Multimedia Presentasi.
Multimedia presentasi digunakan untuk menjelaskan materi-materi yang sifatnya teoretis, digunakan dalam pembelajaran klasikal dengan group belajar yang cukup banyak di atas 50 orang. Media ini cukup efektif sebab menggunakan multimedia projector yang memiliki jangkauan pancar cukup besar. Kelebihan media ini adalah menggabungkan semua unsur media seperti teks, video, animasi, image, grafik dan sound menjadi satu kesatuan penyajian, sehingga mengakomodasi sesuai dengan modalitas belajar siswa. Program ini dapat mengakomodasi siswa yang memiliki tipe visual, auditif maupun kinestetik. Penggunaan perangkat lunak perancang presentasi seperti Microsoft power point yang dikembangkan oleh Microsoft incCorel presentation yang dikembangkan oleh Coral inc” hingga perkembangan terbaru perangkat lunak yang dikembangkan Macromedia inc, yang mengembangkan banyak sekali jenis perangkat lunak untuk mendukung kepentingan tersebut.
Berbagai perangkat lunak yang memungkinkan presentasi dikemas dalam bentuk multimedia yang dinamis dan sangat menarik. Perkembangan perangkat lunak tersebut didukung oleh perkembangan sejumlah  perangkat keras penunjangnya. Salah satu produk yang paling banyak memberikan pengaruh dalam penyajian bahan presentasi digital saat ini adalah perkembangan monitor, kartu video, kartu audio serta perkembangan proyektor digital (digital image projector) yang memungkinkan bahan presentasi dapat disajikan secara digital untuk bermacam-macam  kepentingan dalam berbagai kondisi dan situasi, serta ukuran ruang dan  berbagai karakteristik audience.
Pengolahan bahan presentasi dengan menggunakan komputer tidak hanya untuk dipresentasikan dengan menggunakan alat presentasi digital dalam bentuk Multimedia projector (seperti LCD, In-Focus dan sejenisnya), melainkan juga dapat dipresentasikan melalui peralatan proyeksi lainnya, seperti over head projector (OHP) dan film slides projector yang sudah lebih dahulu diproduksi. Sehingga lembaga atau instansi yang belum memiliki perangkat alat presentasi digital akan tetapi telah memiliki kedua alat tersebut, dapat memanfaatkan pengolahan bahan presentasi melalui komputer secara maksimal.
b.      CD Multimedia Interaktif
Terdapat dua istilah dalam perkembangan CD interaktif ini yaitu Computer Based Instructuion (CBI) dan Computer Assisted Instructuion (CAI) Sifat media ini selain interaktif juga bersifat multi media terdapat unsur-unsur media secara lengkap yang meliputi sound, animasi, video, teks dan grafis. Beberapa model multimedia interaktif di antaranya:
1)      Model Drill: Model drills dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
2)      Model Tutorial: Program CBI tutorial dalam merupakan program pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan menggunakan perangkat lunak berupa program komputer yang berisi materi pelajaran. Metode Tutorial dalam CAI pola dasarnya mengikuti pengajaran Berprograma tipe Branching yaitu informasi/mata pelajaran disajikan dalam unit – unit kecil, lalu disusul dengan pertanyaan. Respon siswa dianalisis oleh komputer (Diperbandingkan dengan jawaban yang diintegrasikan oleh penulis program) dan umpan baliknya yang benar diberikan.
3)      Model Simulasi: Model simulasi dalam CBI pada dasarnya merupakan salah satu starategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih kongkrit melalui penciptan tiruan-tiruan bentuk pengalaman yang mendekati suasana yang sebenarnya.
4)      Model Games: Model permainan ini dikembangkan berdasarkan atas “pembelajaran menyenangkan”, di mana peserta didik akan dihadapkan pada beberapa petunjuk dan aturan permainan. Dalam konteks pembelajaran sering disebut dengan Instructional Games (Eleanor.L Criswell, 1989: 20)
Pada umumnya tipe penyajian yang banyak digunakan adalah “tutorial”. Tutorial ini membimbing siswa secara tuntas menguasai materi dengan cepat dan menarik. Setiap siswa cenderung memiliki perbedaan penguasaan materi tergantung dari kemampuan yang dimilikinya. Penggunaan tutorial melalui CD interaktif lebih efektif untuk mengajarkan penguasaan Software kepada siswa dibandingkan dengan mengajarkan hardware. Misalnya tutorial Microsoft Office Word, Access, Excel, dan Power Point. Kelebihan lain dari CD interaktif ini adalah siswa dapat belajar secara mandiri, tidak harus tergantung kepada guru/instruktur. Siswa dapat memulai belajar kapan saja dan dapat mengakhiri sesuai dengan keinginannya. Selain itu, materi-materi yang diajarkan dalam CD tersebut dapat langsung dipraktekkan oleh siswa terhadap siftware tersebut. Terdapat juga fungsi repeat, bermanfaat untuk mengulangi materi secara berulang-ulang untuk penguasaan secara menyeluruh.
c.       Video Pembelajaran.
Selain CD interaktif, video termasuk media yang dapat digunakan untuk pembelajaran di SD. Video ini bersifat interaktif-tutorial membimbing siswa untuk memahami sebuah materi melalui visualisasi. Siswa juga dapat secara interaktif mengikuti kegiatan praktek sesuai yang diajarkan dalam video. Penggunaan CD interaktif di SD cocok untuk mengajarkan suatu proses. Misalnya cara penyerbukan pada tumbukan, teknik okulasi, pembelahan sel, proses respirasi dan lain-lain.
d.      Internet
Internet, singkatan dari interconection and networking, adalah jaringan informasi global, yaitu,“the largest global network of computers, that enables people throughout the world to connect with each other¨. Internet diluncurkan pertama kali oleh J.C.R. Licklider dari MIT (Massachusetts Institute Technology) pada bulan Agustus 1962.
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran mengkondisikan siswa untuk belajar secara mandiri. “Through independent study, students become doers, as well as thinkers” (Cobine, 1997). Para siswa dapat mengakses secara online dari berbagai perpustakaan, museum, database, dan mendapatkan sumber primer tentang berbagai peristiwa sejarah, biografi, rekaman, laporan, data statistik, (Gordin et. al., 1995). Informasi yang diberikan server-computers itu dapat berasal dari commercial businesses (.com), goverment services (.gov), nonprofit organizations (.org), educational institutions (.edu), atau artistic and cultural groups (.arts)
Pemanfaatan internet sebagai media pembelajaran memiliki beberapa kelebihan sebagai berikut:
1)      Dimungkinkan terjadinya distribusi pendidikan ke semua penjuru tanah air dan kapasitas daya tampung yang tidak terbatas karena tidak memerlukan ruang kelas.
2)      Proses pembelajaran tidak terbatas oleh waktu seperti halnya tatap muka biasa.
3)      Pembelajaran dapat memilih topik atau bahan ajar yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masing-masing.
4)      Lama waktu belajar juga tergantung pada kemampuan masing-masing pembelajar/siswa.
5)      Adanya keakuratan dan kekinian materi pembelajaran.
Pembelajaran melalui internet di Sekolah Dasar dapat diberikan dalam beberapa format (Wulf, 1996), di antaranya adalah: (1) Electronic mail (delivery of course materials, sending in assignments, getting and giving feedback, using a course listserv., i.e., electronic discussion group, (2) Bulletin boards/newsgroups for discussion of special group, (3) Downloading of course materials or tutorials, (4) Interactive tutorials on the Web, dan (5) Real time, interactive conferencing using MOO (Multiuser Object Oriented) systems or Internet Relay Chat.













BAB III
PENUTUP

·         KESIMPULAN
Segi positif pemakaian bahan ajar cetak dapat dikelompokkan dalam lima aspek, yaitu: (a) aspek media, (b) aspek pengajaran, (c) aspek kualitas penyampaian, (d) aspek penggunaan, dan (e) aspek ekonomi.
Segi negatif penggunaan bahan ajar cetak meliputi: (a) ketidakmampuan mempresentasikan gerak, (b) kesulitan dalam pemberian bimbingan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami materi, (c) kesulitan memberikan umpan balik, (d) memerlukan tingkat kemampuan baca tertentu, (e) memerlukan pengetahuan prasyarat, (f) kemungkinan digunakan sebagai alat menghafal, (g) memuat terlalu banyak terminologi, dan (h) cenderung pasif dan satu arah.
Faktor yang perlu diperhatikan pada saat mengembangkan bahan ajar meliputi: (a) kecermatan isi/materi, (b) ketepatan cakupan isi, (c) ketercernaan pemaparan, (d) penggunaan bahasa, (e) perwajahan, (f) penggunaan illustrasi, dan (g) kelengkapan komponen.
·         SARAN
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan dan kelemahan karena terbatasnya pengetahuan dan kekurangan rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah yang kami susun tersebut.
Kami selaku penulis banyak berharap para pembaca sudi  memberikan kritik dan saran yang tentunya membangun kepada kami, demi  mencapainya kesempurnaan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat  berguna bagi kami dan pada khususnya seluruh pembaca makalah ini.
Kurangnya pemahaman tentang peran manusia dalam sejarah menjadikan materi ini sangat sulit didapat baik di media online maupun pustaka. Untuk itu, bagi setiap pengajar agar memberikan materi yang sangat detail kepada murid karena minimnya informasi yang di dapat.
Daftar Pustaka
Anwar, Ilham. 2010. Pengembangan Bahan Ajar. Bahan Kuliah Online. Direktori UPI. Bandung.
Suparman, Atwi. 1997. Desain Instruktional. Jakarta: Rineka Cipta.
Suryaningsih, Nunik Setiyo. 2010. Pengembangan media cetak modul sebagai media pembelajaran mandiri pada mata pelajaran teknologi Informasi dan Komunikasi kelas VII semester 1 di SMPN 4 Jombang. Surabaya: Skripsi yang tidak dipublikasikan.
Utomo, Tjipto. 1991. Peningkatan dan Pengembangan Pendidikan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Vembriarto, St. 1975. Pengantar Pengajaran Modul. Yogyakarta.
Wijaya, Cece,.dkk. 1988. Upaya Pembaharuan Dalam Pendidikan dan Pengajaran. Bandung: Remadja Karya.
Winkel. 2009. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta : Media Abadi.
http://belajarperiklanan.blogspot.com/pengertian-media-iklan.html diakses 06 juni 2011 pukul 19.00 WIB
pengertian-media-komunikasi-dan-audio.http://tips-mempercepat-komputerku.blogspot.com/diakses 05 mei 2011 pukul 12.00 WIB
akhadsudrajat.media-pembelajaran-berbasis-komputer.http://akhmadsudrajat.wordpress.com/diakses 05mei2011 pukul 12.05 WIB


Komentar

Postingan Populer