tugas evaluasi
EVALUASI PEMBELAJARAN
TES TERTULIS
Disusun Oleh Kelompok
I:
1.
Handayani Sinaga (12110282)
2.
Dameria Manik (12110284)
3.
Sehat Silalahi (12110287)
4.
Adong G.Ginting (12110291)
5.
Santi Purba (12110298)
Dosen
Pembimbing :
Drs.
Harlen Simanjuntak, M.Pd
Kertas
kerja ini dibuat untuk memenuhi tugas
Evaluasi
Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih Penulis panjatkan
kepada Tuhan Yang maha Esa, yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan
kepada penulis untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Pada kesempatan ini Penulis juga
ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing Bapak Harlen
Simanjuntak, M.Pd yang
telah membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini dengan baik, begitu juga
dengan teman-teman sekalian yang telah memberikan masukan atau nasehat terhadap
makalah ini sehingga selesai dengan baik.
Adapun judul makalah ini “Tes Tertulis”.Makalah ini sedikit banyaknya
memuat isi tentang pengertian tes tertulis,
komponen test tertulis serta kelebihan dan kekurangan test tertulis.
Segala keterbatasan yang ada,
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena
itu dengan kerendahan hati, Penulis mengharapkan saran maupun masukan yang
berguna dan membangun dari semua pihak demi kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi kita
semua.
Medan, April 2015
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata
Pengantar…………………………………………………………...............…….i
Daftar
Isi………………………………………………………………………………...ii
BAB I PENDAHULUAN……………………………………………......……….….....1
A.
Latar Belakang
…………………………………………………………......1
B.
Rumusan
Masalah……………………………………………....……..…....2
C.
Tujuan
Penulisan………………………………………………….…..….....2
BAB II PEMBAHASAN …………………………………………...………..….......….3
1.
Pengertian Tes
tertulis..................……………………….……...……...….3
2.
Komponen kisi-kisi tes tertulis….............…………………………......…...3
3.
Langkah-langkah pembuatan
kisi-kisi ..........................................................4
4.
Fungsi tes dan cara
penilaiannya ..................................................................4
5.
Penyusunan
soal bentuk tes tertulis................................................................6
6.
Kelebihan
dan kekurangan tes
tertulis..........................................................16
BAB III
PENUTUP…………………………………………………………….……..…18
A.
Simpulan…………………………………………………………..………...18
B.
Saran…………………………………………………………………………19
DAFTAR PUSTAKA………………...………………………….………………20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Melaksanakan Pendidikan
jauh lebih berat dari melaksanakan pengajaran. Bapak Pendidikan Indonesia Ki
Hajar Dewantara dalam majalah keluarga Tahun 1936 menyatakan Pengajaran adalah
salah satu kegiatan pendidikn, beliau merumuskan sebagai berikut :” Pendidikan,
yaitu tuntunan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak. Maksud pendidikan yaitu
menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai
manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Pengajaran adalah pendidikan
dengan cara memberi ilmu atau pengetauan serta memberikan kecakapan kepada
anak-anak. Pengajaran adalah salah satu bagian dari pendidikan.
Ki
hajar Dewantara juga menyampaikan bahwa pendidikan (termasuk Pengajaran)
bertujuan untuk mengembangkan tga hal, yaitu cipta ,rasa , dan karsa yang
disebut dengan istilah Trisakti . konsep Trisakti ini sejalan
dengan konsep tjuan pendidikan yang dikemukakan oleh Benjamin S. Bloom dengan
kawan-kawannya tahun 1956. Sejak kurikulum 1975 sekolah di Indonesia,
mengembangan Programnya dengan mengacu pada pola Bloom yang menyatakan bahwa
pendidikan/ pembelajaran bertujuan untuk mengembangkan tiga ranah yaitu
kognetif, efektif, dan psikomotor yang terdapat pada diri manusia. Sasaan masing-masing
ranah ini yaitu otak, hati nurani, dan panca indra. Jadi Guru yang profesional
dalam kegiatannya sehari-hari di kelas adalah berupaya
untukmencerdaskan/mengasah anak didiknya, membina kepribadian sesuai dengan
norma yang berkembang di masyarakat, serta melatih pancaindra menjadi terampil.
Untuk mengetahui sejauh mana kegiatan guru telah berhasil perlu diukur.
Mengukur sesuatu harus menggunakan alat ukur. Menafsirkan hasil pengukuran
berarti menilai keberhasilan kegiatan. Pelaksanaan penilaiaan dapat dengan
lisan, tertulis dan dengan perbuatan atau melakukan sendiri. Tekhnik yang
digunakan tergantung berbagai faktor, antara lain waktu, dana, peralatan yang
diperlukan serta sifat dari materi yang akan dinilai atau diujikan. Cara
pengukuran hasil belajar dengan tes tulis dapat digunakan untuk mengukur
pengetahuan tentang fakta, ketrampilan menerapkan prinsip-prinsip dasar untuk
memecahkan masalah-masalah nyata dan ketrampilan menerapkan ide-ide ke dalam
uraian bebas. Tes tulis ini dapat berupa tes obyektif, tes uraian, dan karya
ilmiah (makalah).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas dapat dirumuskan
beberapa masalah, antara lain:
1.
Apa pengertian penilaian tes tertulis ?
2.
Apa saja komponen-komponen kisi-kisi tes tulis?
3. Bagaimana langkah-langkah pembuatan kisi-kisi?
4. Apa saja
bagian-bagian fungsi tes serta cara penilaiannya?
5. Bagaimana
langkah-langkah penyusunan soal tertulis?
C.
Tujuan Penulisan
Berdasarkan
rumusan masalah diatas dapat dirumuskan beberapa tujuan, antara lain :
1.
Untuk mengetahui pengertian dari tes tertulis.
2.
Untuk mengetahui komponen-komponen kisi-kisi tes
tulis.
3.
Untuk mengetahui langkah-langkah pembuatan kisi-kisi.
4.
Untuk mengetahui bagian-bagian fungsi tes serta cara
penilaiannya.
5.
Untuk mengetahui langkah-langkah penyusunan soal
tertulis.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Tes Tulis
Tes secara harfiah berasal dari bahasa perancis kuno “testum” artinya
piring untuk menyisihkan logam-logam mulia. Tes adalah serangkaian pertanyaan
atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur ketrampilan,
pengetahuan, kecerdasan, kemampuan, atau bakat yang dimiliki seseorang atau
kelompok.
Tes juga dapat didefinisikan sebagai himpunan pertanyaan yang harus dijawab
atau pertanyaan yang harus dipilih dengan tujuan untuk mengukur aspek perilaku
tertentu dari orang yang dikenai tes.
Tes Tertulis merupakan tes dimana soal dan jawaban yang diberikan kepada
peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab soal peserta didik tidak
selalu merespon dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga dalam bentuk
yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya. Tes
tulis merupakan suatu tes yang menuntut siswa memberikan jawaban secara
tertulis.
Tes tertulis mempunyai dua macam yaitu yang pertama Tes obyektif (tes tertulis yang menuntut siswa memilih
jawaban yang telah disediakan atau memberikan jawaban singkat dan terbatas), yang kedua yaitu Tes
Subjektif/Essai (tes tertulis yang meminta siswa memberikan jawaban berupa
uraian atau kalimat yang panjang-panjang. Panjang pendeknya tes essai adalah
relatif, sesuai kemampuan si penjawab tes).
2. Komponen
Kisi-Kisi Tes Tulis
Sebelum menulis soal tes tulis, salah satu hal yang harus dilakukan adalah
menysun kisi-kisi tes. Kisi-kisi tes atau blue print, table of
specification, lay-out, plan, or frame work berfungsi sebagai pedoman dalam
penulisan soal dan perakitan tes.
Komponen kisi-kisi tes yaitu :
1)
Jenis
sekolah/kelas/semester
2)
Mata
pelajaran
3)
Kurikulum
yang diacu
4)
Alokasi
waktu
5)
Jumlah
soal
6)
Bentuk
soal
7)
Bahan-bahan
pengajaran yang akan diukur
8)
Jenis
kompetensi yang akan diukur (ingatan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis,
evaluasi)
9)
Banyaknya
soal yang akan disusun untuk masing-masing bahan pengajaran dan
kompetensi/aspel intelektual yang akan diukur.
10)
Bentuk
soal
11)
Tingkat
kesukaran masing-masing soal.
3. Langkah-Langkah Pembuatan Kisi-Kisi
Langkah-langkah
pembuatan/pengisian kisi-kisi, yaitu :
A.
Mendaftar
pokok-pokok materi yang akan diteskan
(berdasarkan silabus)
B.
Memberikan
imbangan bobot/presentase untuk masing-masing pokok materi (berdasarkan pada
luas dan tingkat kedalaman materi)
C.
Merinci
banyaknya butir soal (proporsi jumlah item) untuk tiap-tiap materi.
D.
Menentukan
proporsi/prosentase untuk setiap pokok aspek intelektual yang diukur bagi
setiap pokok-pokok materi (perhatikan homogenitas dan heterogenitas bahan).
E.
Mengisi
sel-sel dalam kisi-kisi
F.
Pemberian
nomor item.
4. FUNGSI
TES DAN CARA PENILAIANNYA
Tes mempunyai dua
fungsi yaitu fungsi formatif dan fungsi sumatif.
1. Tes Formatif
Tes formatif adalaah tes yang diberikan kepada murid-murid pada setiap
akhir program satuan pelajaran. Fungsinya yaitu untuk mengetahui sampai dimana
pencapaian hasil belajar murid dalam penguasaan bahan atau materi pelajaran
yang telah diberikan sesuai dengan tujuan instruksional khusus yang telah
dirumuskan di dalam satuan pelajaran.
Dalam penilaian formatif ini, jika tujuan-tujuan instruksional khusus telah
dirumuskan dengan tepat, distribusi tingkat kesukaran soal-soal (item tes) dan
daya pembeda masing-masing soal tidak begitu penting. Yang penting adalah bahwa
setiap soal betul-betul mengukur tujuan instruksional yang hendak dicapai yang
telah dirumuskan di dalam progam satuan pelajaran.
Standar yang digunakan dalam mengolah hasil tersebut adalah standar mutlak.
Dengan menggunakan standar mutlak dimaksudkan bahwa tes ini bertujuan untuk
mengetahui sejauh mana tujuan-tujuan instruksional khusus telah dicapai oleh
siswa, dan bukan untuk mengetahui status setiap siswa dibandingkan dengan
siswa-siswa lainnya dalam kelas yang sama.
Ada dua jenis pengolahan yang
diperlukan di dalam penilaian formatif ini, yaitu :
1) Pengolahan untuk mendapatkan angka presentase siswa
yang gagal dalam setiap soal, misalnya :
Soal
Nomor
|
%
siswa yang gagal
|
1
|
30 %
|
2
|
85 %
|
3
|
60 %
|
dan
sebagainya
|
dan
seterusnya
|
Untuk soal bentuk
uraian, pengertian “siswa yang gagal” di atas dapat pula diartikan sebagai
siswa yang jawabannya terhadap suatu soal dipandang kurang memuaskan..
2) Pengolahan untuk mendapatka hasil yang dicapai setipa
siswa dalam tes secara keseluruhan ditinjau dari presentase jawaban yang
memuaskan, misalnya :
Nama
Siswa
|
Hasil
yang dicapai
( %
jawaban yang memuaskan)
|
1.
Iswa
|
90 %
|
2.
Jamilah
|
60 %
|
3.
Nurwiyatsih
|
75 %
|
dan
seterusnya
|
dan
seterusnya
|
Sebagai contoh.
Bila skor maksimum yang harus dicapai dalam suatu tes adalah 60, angka yang
dicapai Iswa dalam tes tersebut adalah :
Dengan kata lain,
cara menilai tes formatif dilakukan dengan percentages correction (hasil yang
dicapai setiap siswa dihitung dari
persentase jawaban yang benar).
Keteranagan :
S = nilai yang
diharapkan
R = jumlah skor
dari item atau soal yang dijawab benar
N = skor maksimum
dari tes tersebut
Tes formatif
mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a) dilakukan pada saat berlangsungnya proses belajar
mengajar
b) di lakukan secara periodik
c) mencakup semua mata pelajaran yang telah di ajarkan
d) bertujuan untuk mengetahui keberhasilan dan kegagalan
proses belajar mengajar
e) dapat di gunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
proses belajar mengajar.
2. Tes Sumatif
Tes sumatif biasanya diadakan tiap caturwulan sekali atau setiap semester
(yang baik adalah setip jangka waktu tertentu bila suatu unit atau bagian bahan
pelajaran telah selesai diajarkan melalui satuan-satuan pelajaran). Fungsi tes
sumatif ialah untuk menilai prestasi siswa, sampai dimana penguasaan siswa
terhadap bahan pelajaran yang telah diajarkan selam jangka waktu tertentu.
Kegunaannya yaitu untuk mengisi rapor, penentuan kenaikan kelas, dan penentuan
lulus tidaknya siswa pada ujian akhir sekolah. Oleh karena itu pada umumnya
jumlah item atau soal-soal tes sumatif lebih banyak daripada item tes formatif,
dan bentuk soalnya pun dapat terdiri atas campuran beberapa bentuk item tes
(seperti true-false, multiple, choice, completion, matching, dan essay).
Cara pengolahan hasil tes sumatif yaitu yang relatif yang digunakan yaitu
nilai-nilai standar seperti nilai berskala 1-10, nilai Z (skor standar Z), atau
persentile. Skor mentah yang diperoleh seorang siswa dari suatu tes sumatif
yang terdiri atas beberapa macam bentuk tes merupakan jumlah skor dari
tiap-tiap bentuk tes tersebut yang telah dihitung menurut rumus masing-masing.
Skor mentah inilah yang kemudian ditransformasikan kedalam nilai skala 1-10
dengan menyusun tabel distribusi frekuensi.
Tes sumatif mempunyai karakteristik sebagai berikut:
a. materi yang di ujikan meliputi seluruh pokok bahasan
dan tujuan pengajaran
b. dalam satu program tahunan atau semester
di lakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester
di lakukan pada akhir program dalam satu tahun atau semester
c. bertujuan untuk mengukur kebaerhasilan belajar peserta
didik secara menyeluruh
d. hasil penilaian sumatuf di gunakan antara lain untuk
menentukan kenaikan kelas, kelulusan sekolah dan lain-lain.
5. PENYUSUNAN
SOAL BENTUK TES TULIS
1. Dasar-Dasar Penyusunan Tes Tertulis
a.
Tes
harus dapat mengukur apa-apa yang dipelajari dalam proses belajar mengajar
sesuai dengan tujuan instruksional ynag tercantum di dalam kurikulum yang
berlaku.
b.
Tes
yang tersusun benar-benar mewakili bahan yang telah dipelajari.
c.
Tes
hendaknya disesuaikan dengan aspek-aspek tingkat belajar yang diharapkan.
d.
Tes
hendaknya disusun sesuai dengan tujuan penggunaan tes itu sendiri, karena tes
dapat disusun untuk keperluan : pretes/postes, materi tes, tes diagnostic, tes
prestasi belajar, tes formatif, dan tes sumatif.
e.
Tes
hendaknya dapat diguankan untuk memperbaiki proses belajar mengajar.
f.
Tes
yang disusun mempertimbangkan proporsi tingkat kesulitan dan kesesuaiannya dengan
taraf kemampuan siswa.
g.
Petunjuk
pengerjaan soal jelas dan sesuai dengan
persoalan yang disajikan.
h.
Tes
disusun dengan mempertimbangkan kaidah-kaidah penulisan
soal pada masing-masing jenis soal.
i.
Penulisan
soal menggunakan bahasa yang benar.
2. Cara Penyusunan Bentuk Soal Tes
Tulis
Ada dua bentuk
penyusunan soal tes tertulis, yaitu:
1. Soal
dengan memilih jawaban.
Seperti pilihan ganda, dua pilihan (benar-salah, ya-tidak), dan menjodohkan.
a. Pilihan Ganda (multiple choice test)
Tes pilihan ganda dapat digunakan untuk menilai kemampuan mengingat dan
memahami. Pilihan ganda mempunyai kelemahan, yaitu peserta didik tidak
mengembangkan sendiri jawabannya tetapi cenderung hanya memilih jawaban yang
benar dan jika peserta didik tidak mengetahui jawaban yang benar, maka peserta
didik akan menerka. Hal ini menimbulkan kecenderungan peserta didik tidak
belajar untuk memahami pelajaran tetapi menghafalkan soal dan jawabannya. Alat
penilaian ini kurang dianjurkan pemakaiannya dalam penilaian kelas karena tidak
menggambarkan kemampuan peserta didik yang sesungguhnya. Keunggulan soal bentuk
pilihan ganda diantaranya adalah dapat mengukur kemampuan / perilaku secara
objektif. Contoh soal pilihan ganda :
Berilah tanda (x)
huruf a, b, c, d pada jawaban yang benar!
Jika musim hujan,
maka harga payung naik. Jika harga payung naik, maka Iswa tidak membeli payung.
Jadi, jika musim hujan, maka Iswa tidak membeli payung.
Penarikan
kesimpulan seperti diatas disebut.......
a. silogisme c. konklusi e. Modus tollens
b. hipotesis d. modus ponens
a. silogisme c. konklusi e. Modus tollens
b. hipotesis d. modus ponens
Bentuk tes pilihan ganda (PG) ini merupakan bentuk tes objektif yang paling
banyak digunakan karena banyak sekali materi yang dapat dicekup. Bentuk-bentuk
soal yang digunakan yang ada dalam Ebtanas maupun UMPTN yaitu :
1) Pilihan ganda bisa.
2) Hubungan antar hal (pernyataan-SEBAB-pernyataan).
3) Contoh soal bentuk hubungan antarhal yang terdiri dari
dua buah pertnyataan dengan kata “sebab” di antara keduanya, sudah disajaikan
sebagai contoh soal analisis.
4) Kasus (dapat muncul dalam berbagai bentuk).
5) Diagram, gambar, tabel, dan sebagainya.
6) Asosiasi. Contoh soal bentuk asosiasi yaitu :
Petunjuk pilihan :
ü Jika (1), (2), dan (3) betul
ü Jika (1) dan (3) betul
ü Jika (2) dan (4) betul
ü Jika hanya (4) yang betul
ü Jika semuanya betul
Soal :
Ditinjau dari tata bentuk kata, maka gabungan kata yang betul diantara
empat gabungan kata berikut adalah :
(1) Perserikatan bangsa-bangsa
(2) Para alumnus
(3) Suatu pemikiran-pemikkiran
(4) Dewan gereja
Cara memilih
jawaban dapat dilakukan dengan jalan :
a) Mencoren kemungkinan jawaban yang tidsk benar
b) Memberi garis bawah pada jawaban yang benar (dianggap
benar)
c) Melingkari atau memberi tanda kurung pada huruf
didepan jawaban yang dianggap benar. Yang sering kita temui adalah melingkari
huruf di depan jawaban yang dianggap benar.
d) Membubuhkan tanda kali (X) atau tanda (-) di dalam
kotak atau tanda kurung didepan jawaban yang yang telah disediakan.
e) Menuliskan jawaban pada tempat yang telah disediakan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes pilihan ganda diantanyanya yaitu
:
1) Instruksi pengerjaanya harus jelas, dan bila dipandang
perlu baik disertai contoh mengerjakannya.
2) Dalam pilihan ganda hanya ada “satu” jawaban yang benar.
Jadi tidak mengenal tingkatan-tingkatan benar, misalnya benar nomer satu, benar
nomer dua, dan sebagainya.
3) Kalimat pokoknyan hendaknya mencakup dan sesuai dengan
rangkaian manapun yang dapat dipilih.
4) Kalimat pada tiap butir soal hendaknya sesingkat
mungkin.
5) Usahakan menghindarkan penggunaan bentuk negatif dalam
kalimat pokoknya.
6) Dilihat dari segi bahasanya, butir-butir soal jangan
telalu sukar.
7) Susunlah agar jawaban manapun mempunyai kesesuaian
tata bahasa dengan kalimat pokoknya.
8) Alternatif-alternatif yang disajikan hendaknya agak
seragamdalam panjangnya, sifat uraianya maupun taraf teknis dan agak bersifat
homogen mengenai mengenai isinya dan bentuknya.
9) Hindarkan pengulangan suara atau penglangan kata pada
kalimat pokok di alternatif-alternatifnya, karena anak akan cenderung memilih
alternatif yang mengandung pengulangan tersebut. Hal ini disebabkan karena
dapat diduga itulah jawaban yang benar.
10)
Hindarkan menggunakan susunan kalimat dalam buku
pelajaran . karena yang terungkap mungkin bukan pengertiannya melainkan
hafalannya.
11) Soal harus sesuai dengan indicator
12) Pilihan jawaban harus homogen da logis dari segi
materi
13) Menggunakan bahasa baku
14) Menggunkana bahasa komunikatif, lugas dan tidak
menimbulkan penafsiran ganda.
Efektifitas pengecoh di lakukan dengan menghitung peserta tes yang memilih
tiap alternatif jawaban pada masing-masing item. Kriteria pengecoh yang baik
adalah apabila pengecoh tersebut di pilih paling sedikit 5% dari peserta tes.
Cara mengolah skor
pilihan ganda yaitu :
Untuk mengolah skor
dalam tes pilihan ganda ini di gunakan dua macam rumus, yaitu:
a) Dengan denda, Degan rumus :
S = R -
|
W
S = skor yang di peroleh (Raw Skor)
R = jawaban yang betul
W = jawaban yang salah
n = banyaknya opinion
1 = bilanngan tetap
Contoh : murid menjawab betul 17 soal dari 20 soal. Soal bentuk
multiple choise ini dengan
menggunakan opinion sebanyak 4 buah.
Skor = 17 - =
16
b) Tanpa denda, dengan rumus :
S = R
|
b. Soal dengan Dua Pilihan Jawaban
(Benar-Salah, Ya-Tidak)
Bentuk soal dua
pilihan jawaban (true-false) ini menuntut peserta tes untuk memilih dua
kemungkinan jawaban yaitu benar dan salah atau ya dan tidak. Bentuk benar salah
ada dua macam (dilihat dari segi mengerjakan/menjawab soal), yakni :
1. Dengan pembetulan (with correction) yaitu siswa
diminta membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without correction) yaitu siswa
hanya diminta melingkari huruf B atau tanpa memberikan jawaban yang benar.
Kaidah penulisan soal dengan dua pilihan yaitu :
a) Hindari penggunaan kata terpenting, selalu, tidak
pernah, hanya sebagian besar dan kata lainnya yang sejenis, karena dapat
membingungkan peserta tes.
b) Jumlah rumusan pernyataan butir soal hendaknya
relatife sama.
c) Hindari pernyataan negative! Contoh: (B-S) Haji bukan rukun islam
d) Hindari penggunaan kata yang dapat menimbulkan
penafsiran ganda! Contoh: (B-S) Banyak
anak sekolah yang terlibat tawuran
e) Hindari pengambilan kalimat langsung dari buku teks,
hal ini cenderung membuat peserta tes untuk menghafal daripada memahami dan
menguasai konsep.
Kebaikan tes benar
salah :
a) Dapat mencakup bahan yang luas dan tidak banyak
memakan tempat karena biasanya pertanyaan-pertanyaannya singkat saja.
b) Mudah menyusunnya.
c) Dapat digunakan berkali-kali.
d) Dapat dilihat secara cepat dan objektif
e) Petunjuk cara mengerjakaannya mudah dimengerti.
f)
Kekurangan
tes benar salah :
g) Sering membingungkan.
h) Mudah ditebak atau diduga.
i)
Banyak
masalah yang tidak dapat dinyatakan hanya dengan dua kemungkinan benar atau
salah.
j)
Hanya
dapat mengungkap daya ingatan dan pengenlan kembali.
Contoh soal :
Mana diantara
bentuk soal di bawah ini yang tepat!
B S
Gunung Kelud terletak di Propinsi Jawa Timur
B S
Gunung Kelud letaknya bukan di Propinsi Jawa Timur
Cara mengolah skor
a. Dengan denda
S = R
- W
|
S = skor yang
diperoleh
R = jawaban benar
W = jawaban salah
Contoh :Jumlah soal
= 10 buah
Iswa menjawab betul
8 soal, maka skor yang diperoleh berlian 8 – 2 = 6
Atau menggunakan
rumus kedua yaitu :
S=T-2W
|
Ket : T singkatan
dari total (jumlah soal dalam tes)
Contoh : iswa
menjawab soal yang salah sebanyak 4 soal dari 20 soal. Maka skor yang diperoleh
isawa adalah s=10-(2x2)=6
b. Tanpa denda
S = R
|
(untuk soal yang tidak dikerjakan nilainya 0)
c. Bentuk Soal Menjodohkan (matching)
Bentuk soal menjodohkan yaitu bentuk soal yang memasangkan kalimat satu
dengan kalimat lain yang merupakan jawaban dari kalimat tersebut (memiliki
hubungan satu sama lain). Soal bentuk menjodohkan (matching) adalah bentuk soal yang terdiri atas dua kelompok
pernyataan. Lajur sebelah kiri merupakan soal atau pernyataan, sedangkan lajur
sebelah kanan merupakan jawaban atau respon.
Kaidah penulisan
soal menjodohkan adalah sebagai berikut :
A. Tulislah seluruh pernyataan soal disebelah kiri!
B. Tuliskan seluruh pernyataan jawaban disebelah kanan!
C. Beri petunjuk yang baik berdasarkan pencocokan!
D. Buat semua jawaban masuk akal!
E. Jawaban harus pendek
F. Pernyataan jawaban harus lebih banyak daripada
pernyataan soal
Contoh soal :
Pasangkan pertanyaan di lajur kiri dengan jawaban di sebelah kanan
1. Transmigrasi ………..
a. Pindahnya penduduk antara pulau di dalam satu Negara
2. Imigrasi ……………..
b. Pindahnya penduduk dari desa ke kota
c. pindahnya penduduk ke Negara lain
Cara Mengolah Skor
S = R
|
Skor
dihitung berdasarkan jawaban yang benar saja
|
2. Soal
dengan mensuplai-jawaban.
Seperti isian atau melengkapi, jawaban singkat atau pendek, dan soal uraian.
a. Bentuk Soal melengkapi
Soal melengkapi adalah soal yang menuntut peserta tes untuk memberikan
jawaban atau melengkapi tes berupa kata, frase, angka atau symbol.
Kaidah penulisan
soal melengkapi :
a) Dalam membuat pertanyaan jangan terlalu banyak kata
yang dihilangkan
b) Jawaban yang diinginkan benar-benar dibatasi
c) Jika pernyataan memerlukan jawaban berupa angka,
nyatakan dalam satuan-satuan tertentu
d) Jangan mengambil langsung dari buku teks
Cara menskor bentuk
soal melengkapi :
S = R
|
Contoh soal :
1. Piso Surit dan Sengko adalah lagu-lagu daerah dari
propinsi mana?
…………..
2. Air akan membeku pada suhu ………. Derajat Fahrenheit
b. Bentuk Soal Tes Jawaban Singkat Atau
Pendek
Soal bentuk jawaban singkat adalah soal yang jawabannya ditandai dengan
adanya tempat kosong yang disediakan bagi pembuat tes untuk menuliskan
jawabannya sesuai dengan petunjuk.
Kaidah Penulisan tes jawaban singkat
1. Soal harus sesuai dengan indicator
2. Jawaban yang benar hanya satu
3. Rumusan kalimat soal harus komunikatif
4. Butir soal menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan
benar
5. Tidak menggunakan bhasa local
S = R
|
Cara menskor tes jawaban singkat atau pendek :
Contoh soal bentuk melengkapi (completion)/jawaban
singkat.
umrah sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..
umrah sering disebut dengan…………….
Presiden RI saat ini ialah………………..
Dari berbagai alat penilaian tertulis, tes memilih jawaban benar-salah,
isian singkat, dan menjodohkan merupakan alat yang hanya menilai kemampuan
berpikir rendah, yaitu kemampuan mengingat (pengetahuan).
c. Bentuk Soal Uraian
Tes tertulis bentuk uraian adalah alat penilaian yang menuntut peserta
didik untuk mengingat, memahami, dan mengorganisasikan gagasannya atau hal-hal
yang sudah dipelajari, dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan
tersebut dalam bentuk uraian tertulis dengan menggunakan kata-katanya sendiri.
Alat ini dapat menilai berbagai jenis kemampuan, misalnya mengemukakan
pendapat, berpikir logis, dan menyimpulkan. Kelemahan alat ini antara lain
cakupan materi yang ditanyakan terbatas serta sulit untuk menyusun pedoman
penskorannya.
Menulis soal uraian diperlukan ketepatan dan kelengkapan dalam merumuskan
soalnya.
Berdasarkan
penskorannya, tes uraian dibagi menjadi dua:
1. Soal uraian terikat, yaitu soal atau pertanyaan yang
menuntut jawaban dengan pengertian/konsep tertentu.
2. Soal uraian bebas, yaitu soal yang menuntut jawaban
berupa pengertian/konsep menurut pendapat setiap peserta tes sehingga
penskorannya sukar dilakukan secara objektif.
Kaidah penulisan
soal uraian:
a) Mengacu pada kompetensi
b) Pertanyaan harus menggunakan kata Tanya yang menuntut
jawaban terurai, seperti mengapa,
jelaskan, bandingkan, hubungkan, buktikan dan hitunglah
c) Petunjuk harus jelas sehingga peserta didik mudah
mengerjakannya
d) Dilengkapi dengan pedoman penskoran
e) Hal-hal yang menyertai soal, seperti tabel, bambar,
grafik, peta, atau yang sejenisnya harus disajikan dengan jelas
f)
Bahasa
harus komunikasi
g) Rumusan kata-kata tidak boleh menimbulkan penafsiran
ganda
h) Menggunakan bahasa baku
Perhatikan contoh
berikut
Contoh 1 soal
uraikan terikat
Kompetensi dasar:
Memahami bangun
segitiga
Masalah
Iswa mengatakan,”Saya dapat menggambarkan sebuah segitiga dengan dua
sudutnya siku-siku”. Setujukah kamu dengan pendapat intan? Jelaskan alasanmu!
Level
|
Diskripsi dan
contoh jawaban peserta didik
|
0
|
Jawaban yang
sesuai. Tidak menggunakan bahasa Geomertri. “Saya setuju dengan intan karena
ia dapat mengerjakannya”
|
1
|
Jawaban salah,
tetapi beberapa alasan dicoba dikemukakan. “Ya, karena semua segitiga
memiliki sudut siku-siku dan lawannya”. “Ya, kita dapat membuat yang satu di
atas dan yang satu di bawah.” Sebagian dijawab benar tetapi penalarannya
salah: “Tidak, karena semua segitiga memiliki segitiga siku-siku”.
|
2
|
Jawaban benar,
tetapi penalarannnya tidak lengkap atau jelas. “Tidak, karena kita hanya
dapat menempatkan satu segitiga siku-siku pada sebuah segitiga”
“Tidak, ini
mungkin persegi atau persegi panjang”.
|
3
|
Jawaban benar,
tetapi penalarannya baik. Penjelasannya lebih lengkap dari level 2, tetapi
mengandalkan pada pengetahuan kongkret atau visual daripada pengetahuan
abstrak.
“Karena jika kita
menempatkan 2 sudut siku-siku secara bersama, kita memilki 3 sisi, dan
sisi-sisi tersebut tidak tertutup.”
“Tidak, karena
jika kita menggambarkan 2 sudut siku-siku dan mencoba menghubungkannya, kita
akan mendapatkan persegi atau persegi panjang, dua sudut siku-siku selalu
memiliki 3 sisi.”
|
4
|
Jawaban yang
sempurna, peserta didik menggunakan pengetahuan dari segitiga dan sudut.
“segitiga
memiliki tiga sudut dan jumlahnya180, jika ada dua segitiga siku-siku, maka
besarnya 180, tetapi ini hanya dua sudut.”
“Bagaimana
mungkin kita memiliki dua sudut siku-siku yang berarti sama dengan 180 karena
kita hanya memiliki 2/3 dari segitiga yang kita kerjakan?”
“Kita akan memiliki
dua sisi parallel”
|
S = R
|
Cara menskor :
Dalam menyusun instrumen penilaian tertulis perlu dipertimbangkan hal-hal
berikut.
· materi, misalnya kesesuian soal dengan indikator pada
kurikulum;
· konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan
harus jelas dan tegas.
· bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata/
kalimat yang menimbulkan penafsiran ganda.
3. Ciri-Ciri Tes
Tes yang baik
memiliki kriteria atau ciri-ciri. Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
a. Validitas
Jika data yang
dihasilkan oleh instrumen benar dan valid, sesuai dengan kenyataan. Maka
instrumen yang digunakan tersebut juga valid. Sebuah tes disebut valid apabila
tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.
b. Reliabilitas
Kata reabilitas
dalam bahasa Indonesia diambil dari kata reliability dalam bahasa inggris,
berasal dari kata reliable yang artinya dapat dipercaya. Jika dihubungkan
dengan validitas maka validitas adalah ketepatan sedangkan reliabilitas adalah
ketetapan.
c. Objektivitas
Sebuah tes
dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu tidak ada
faktor subjektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama terjadi pada sistem
skoringnya. Apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka objektivitas menekankan
ketetapan dalam hasil tes.
d. Praktikabilitas
Sebuah tes
dikatakan memiliki praktikabilitas yang tinggi apabila tes tersebut bersifat
praktis (mudah dilaksanakan, mudah pemeriksaannya), mudah
pengadministrasiaanya.
e. Ekonomis
Yang dimaksud dengan
ekonomis disini adalah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak membutuhkan
ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama.
6. KELEBIHAN
DAN KEKURANGAN TES TULIS
1. Kelebihan Tes tulis (Tes obyektif )
yaitu :
a. Dapat mencakup ruang lingkup materi yang luas
b. Lebih representatif mewakili isi dan luas bahan, lebih
objektif, dapat dihindari campur tangan unsur-unsur subjektif baik dari segi
siswa maupun segi guru yang memeriksa
c. Lebih mudah dan cepat cara pemeriksaannya karena dapat
menggunakan kunci tes bahkan alat-alat hasil kemajuan teknologi.
d. Pemeriksaannya dapat diserahkan kepada orang lain.
e. Dalam pemeriksaannya tidak ada unsur subjektif yang
mempengaruhi.
2. Kekurangan
tes tulis (tes obyektif) yaitu :
a. persiapan untuk menyusunnya jauh lebih sulit daripada
tes esay karena soalnya banyak dan harus teliti untuk menghindari
kelemahan-kelemahan yang lain (yang diukur cenderung aspek kognitif tingkat
rendah)
b. Soal-soalnya cenderung untuk mengungkapakan ingatan
dan daya pengenalan kembali saja, dan sukar untuk mengukur proses mental yang
tinggi.
c. Banyak kesempatan untuk main untung-untungan.
d. Kerjasama antarsiswa pasa waktu mengerjakan soal tes
lebih terbuka.
e. Tidak menuntut penalaran siswa.
f. Tidak membutuhkan pemikiran analistis maupun
sistematis.
3. Kelibihan
Tes Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a. Penyusunan soalnya mudah disiapkan dan disusun.
b. Tidak memberi banyak kesempatan untuk berspekulasi
atau untung-untungan (menebak jawaban).
c. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat
serta menyusun dalan bentuk kalimat yang bagus
d. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan
maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.
e. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami suatu
masalah yang diteskan.
f. Dapat melatih siswa berfikir logis, analistis, dan
sistematis.
4. KekuranganTes
Tulis (Tes Subjektif) yaitu :
a. Kadar validitas dan realibilitas rendah karena sukar
diketahui segi-segi mana dari pengetahuan siswa yang betul-betul telah
dikuasai.
b. Kurang representatif dalam hal mewakili seluruh scope
bahan pelajaran yang akan dites karena soalnya hanya beberapa saja (terbatas).
c. Cara memeriksanya banyak dipengaruhi oleh unsur-unsur
subjektif.
d. Pemeriksaanya lebih sulit sebab membutuhkan
pertimbangan individual lebih banyak dari penilai.
e. Waktu untuk koreksinya lama dan tidak dapat diwakilkan
kepada orang lain.
f. Cakupan materi terbatas atau sempit.
g. Yang diukur cenderung tingkat kecerdasan kognitif
tinggi
Ket : apa yang
menjadi kelebihan dalam tes objektif merupakan kelemahan dalam tes subjektif
dan sebaliknya.
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Tes
tulis merupakan bentuk instrumen penilaian yang biasa di lakukan di setiap
kegiatan penilaian. Penilaian tes tulis perlu di pelajari karena masing-masing
bentuk penilaian tes tulis mempunyai bentuk yang berbeda. Misalnya, seorang
pendidik ingin menfadakan UTS, maka pendidik dapat membuat soal dalam bentuk
pilihan ganda karena bentuk instrumen ini mudah dalam pengoreksiannya.
Macam-macam penilaian tes tulis (bentuk instrumen)
meliputi:
a) tes benar salah
b) tes menjodohkan
c) tes pilihan ganda
d) tes melengkapi
e) uraian objektif dan non objektif (uraian bebas)
f)
dan tes
jawaban singkat.
g) Tes mempunyai dua fungsi yaitu fungsi formatif dan
fungsi sumatif.
Ciri-ciri tes yang baik yaitu:
a)
Validitas
b) Reliabilitas
c)
Objektivitas
d) Praktikabilitas
e)
Ekonomis
Dalaam hal
pekerjaan menskor atau menentukan angka, dapat digunakan tiga alat bantu yaitu
:
1. Pembantu menentukan jawaban yang benar, disebut kunci
jawaban.
2. Pembantu menyeleksi jawaban yang benar dan yang salah,
disebut kunci skoring.
3. Pembantu menentukan angka, disebut pedoman penilaan.
Dalam penulisan tes
tulis, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihannya.
Kekurangan-kekurangan dalam tes tulis dapat diminimalisir sedemikian mungkin
agar kekurang-kekurangan tersebut bisa sedikit teratasi.
B.
SARAN
Dengan mempelajari test tertulis dan penilaian dalam test tertulis,
diharapkan guru dan calon guru dapat memahami dan mengaplikasikannya dalam
penilaian evaluasi pembelajaran di kelas.
DAFTAR
PUSTAKA
Arikunto,
Suharsimi. 2008. “Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan”. Jakarta: Bumi
Aksara.
Noehi
Nasution dan Adi Suryanto. 2005. Evaluasi Pengajaran. Jakarta:
Universitas Terbuka.
Safari.
2003. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional
Komentar
Posting Komentar