Implikasi Dan Implementasi Sejarah Serta Beberapa Perspektif Dari Sejarah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Logika Dan Filsafat
Disusun
Oleh:
Nama
: Sehat S.M Silalahi (12110287)
Dosen
Pembimbing : Poltak Panjaitan, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang " Implikasi Dan Implementasi Sejarah
Serta Beberapa Perspektif Dari Sejarah”yang diberikan oleh dosen pembimbing
mata kuliah Logika Dan Filsafat.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini belum tentu dianggap benar oleh semua pihak. Oleh karena itu,
kritik dan saran oleh semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, terlebih dahulu penulis ucapkan terima kasih dan
mohon maaf bila ada kesalahan
kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.
Medan, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar
Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Pengertian Implikasi Dan Sejarah………………………………………………...2
B.
Manfaat Sejarah....................................................................................................... 4
C.
Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan
Nasional……………...…. ……..7
D. Implementasi Terhadap Pendidikan……………………………………….………9
E. Perspektif Sejarah………………………………………………………………….10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 13
3.1.Kesimpulan.......................................................................................................... 13
3.2.Saran.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
Implikasi Dan Implementasi Sejarah Serta Beberapa Perspektif Dari Sejarah
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Logika Dan Filsafat
Disusun
Oleh:
Nama
: Sehat S.M Silalahi (12110287)
Dosen
Pembimbing : Poltak Panjaitan, M.Pd.

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2014
KATA
PENGANTAR
Dengan rasa syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas rahmat dan karunia-Nya
penulis dapat menyelesaikan tugas membuat makalah tentang " Implikasi Dan Implementasi Sejarah
Serta Beberapa Perspektif Dari Sejarah”yang diberikan oleh dosen pembimbing
mata kuliah Logika Dan Filsafat.
Penulis menyadari
bahwa makalah ini belum tentu dianggap benar oleh semua pihak. Oleh karena itu,
kritik dan saran oleh semua pihak sangat kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, terlebih dahulu penulis ucapkan terima kasih dan
mohon maaf bila ada kesalahan
kata. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Terima Kasih.
Medan, Desember 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................................................... i
DAFTAR ISI..................................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................................. 1
A. Latar
Belakang Masalah....................................................................................... 1
B. Rumusan
Masalah................................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN.................................................................................................. 2
A. Pengertian Implikasi Dan Sejarah………………………………………………...2
B.
Manfaat Sejarah....................................................................................................... 4
C.
Implikasi Sejarah Terhadap Konsep Pendidikan
Nasional……………...…. ……..7
D. Implementasi Terhadap Pendidikan……………………………………….………9
E. Perspektif Sejarah………………………………………………………………….10
BAB III PENUTUP.......................................................................................................... 13
3.1.Kesimpulan.......................................................................................................... 13
3.2.Saran.................................................................................................................... 13
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG
Sebelum sebuah
pembicaraan (diskusi) dimulai tentunya akan sangat penting dan efektif bila
diawali dengan adanya kesamaan pengertian mengenai pokok bahasannya (lingua
franca) sehingga bisa meminimalisir terjadinya deviasi. Penyamaan
persepsi ini merupakan alat/cara yang menghindari kesalahpengertian dalam
sebuah diskusi, dengan kata lain diperlukan adanya suatu definisi yang mampu
menjadi frame pembicaraan. Untuk itu, sebelum berlanjut pada pokok
bahasan saya akan mencoba menguraikan dulu pokok masalah dari tema yang
diangkat.
Melihat tema yang
diangkat dalam diskusi ini, terdapat dua variabel yang akan coba dikaji lebih
lanjut, yaitu mengenai sejarah dan masyarakat. Kita tentu sudah tak asing
dengan dua istilah tersebut, namun acapkali juga kita salah mengerti atau
kurang paham secara detail mengenainya. Berbicara sejarah, yang terlintas dalam
pikiran kita pertama kali biasanya mengenai tanggal-tahun, tokoh, tempat
kejadian, dll. Hal itu wajar terjadi sebab kita sudah bertahun-tahun dicekoki
oleh metode penyampaian yang deskriptif, sejak SD sampai kini. Padahal,
persepsi mengenai sejarah seperti itu merupakan pengertian atas sejarah yang
konvensional (kolot). Mahasiswa sejarah pada semester awal kuliah biasanya
diberikan pengertian sejarah yang sangat dasar yang diungkapkan oleh Prof.
Sartono Kartodirdjo, dimana sejarah mempunyai dua pengertian yaitu sejarah
sebagai kisah (Subjektif) dan sebagai peristiwa (objektif). Sejarah sebagai
peristiwa menunjuk pada kejadian atau peristiwa itu sendiri, yaitu proses sejarah
dalam aktualitasnya. Kejadiannya itu hanya sekali terjadi dan tak mungkin
berulang kembali secara utuh. Sedangkan pengertian sejarah sebagai kisah
merupakan suatu konstruk yang dibangun / disusun sejarawan (penulis) sebagai
uraian / cerita, dimana merupakan suatu kesatuan yang mencakup fakta-fakta
untuk menggambarkan gejala sejarah, baik proses maupun strukturnya
(Kartodirdjo, 1993).
B.
RUMUSAN MASALAH
1.
Apa Pengertian Implikasi Dan Sejarah ?
2. Apa Manfaat Sejarah ?
3. Apa Implikasi Sejarah Terhadap Konsep
Pendidikan Nasional ?
4. Apa Implementasi Terhadap Pendidikan ?
5. Apa
Perspektif Sejarah ?
BAB
II
Implikasi
Dan Implementasi Sejarah Serta Beberapa Perspektif Dari Sejarah
A.
PENGERTIAN IMPLIKASI DAN SEJARAH
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implikasi adalah keterlibatan Dengan demikian Implikasi filsafat ilmu dalam
pendidikan adalah keterlibatan filsafat imu dalam mengembngkan pendidikan
Sejarah dalam bahasa Indonesia dapat
diartikan sebagai kejadian dan peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa
lampau atau asal-usul (keturunan) silsilah, terutama bagi raja-raja yang
memerintah. Adapun ilmu sejarah adalah ilmu yang digunakan untuk mempelajari
peristiwa penting masa lalu manusia. Pengetahuan sejarah meliputi pengetahuan
akan kejadian-kejadian yang sudah lampau serta pengetahuan akan cara berpikir
secara historis. Orang yang mengkhususkan diri mempelajari sejarah atau ahli
sejarah disebut sejarawan.
Dahulu, pembelajaran mengenai sejarah dikategorikan sebagai bagian dari ilmu
budaya (humaniora). Akan
tetapi, kini sejarah lebih sering dikategorikan ke dalam ilmu sosial, terutama bila
menyangkut perunutan sejarah secara kronologis. Ilmu sejarah mempelajari
berbagai kejadian yang berhubungan dengan kemanusiaan
di masa lalu. Ilmu sejarah dapat dibagi menjadi kronologi, historiografi, genealogi, paleografi, dan kliometrik.
Pendekatan sejarah menjelaskan dari segi mana kajian sejarah hendak dilakukan,
dimensi mana yang diperhatikan, unsur-unsur mana yang diungkapkannya, dan lain
sebagainya. Deskripsi dan rekonstruksi yang diperoleh akan banyak ditentukan
oleh jenis pendekatan yang dipergunakan. Oleh sebab itu ilmu sejarah tidak
segan-segan melintasi serta menggunakan berbagai bidang disiplin atau ilmu
untuk menunjang studi dan penelitiannya, yang di dalam ilmu sejarah sudah sejak
awal telah dikenalnya dan disebut sebagai Ilmu-ilmu Bantu Sejarah (sciences
auxiliary to history).
sejarah dengan pendekatan politik (kekuasaan) sudah lazim dipakai di kalangan
sejarawan. Rangkaian peristiwa sejarah di masa lampau selalu dilihat
berdasarkan perspektif kekuasaan (sejarah kekuasaan).
Padahal,sejarah merupakan hasil dialog jiwa dan pikiran manusia dengan
realitas kehidupannya secara dinamis dan kreatif. Penulisan sejarah berdasarkan
perspektif kekuasaan hanya mempersempit sudut pandang dalam mengungkap
fakta-fakta historis dan kerap mengaburkan fakta historis yang cenderung
dimaknai secara politis
Secara filosofis, sejarah tidak cukup didefinisikan secara sederhana
seperti teori Baverley.Penulisan sejarah bukan sekadar mengungkap
peristiwa-peristiwa di masa lampau, tetapi merupakan sebuah proses memahami
secara utuh pola interaksi manusia dengan segenap potensi yang dimilikinya
dalam ruang dan waktu tertentu. Menurut Benedetto Croce (1951) sejarah
merupakan rekaman kreasi jiwa manusia di semua bidang baik teoritikal maupun
praktikal. Kreasi spiritual ini senantiasa lahir dalam hati dan pikiran manusia
jenius,budayawan, pemikir yang mengutamakan tindakan dan pembaru agama.
Dengan mendefinisikan sejarah, perspektif filosofis semakin membuka
cakrawala pemahaman bahwa rangkaian peristiwa di masa lampau tidak cukup
dipahami lewat pendekatan politik. Sebab, peristiwa sejarah merupakan proses
dialog yang melibatkan jiwa dan pikiran manusia dalam ruang dan waktu tertentu,
menempatkan manusia sebagai aktor (subyek) sejarah. Menurut filosof Plato
(427-347 SM), manusia adalah “hewan berpikir”(animal rational).
Manusia yang berpikir tidak bisa terlepas secara independen dari realitas
tempat ia menetap dan bertahan hidup. Proses dialog interaktif yang melibatkan
segenap potensi manusia di dunia ini tidak dalam ruang steril, melainkan
menempati ruang kebudayaan tertentu. Dalam konteks penulisan sejarah pendekatan
budaya, penulis menengarai lima unsur yang masingmasing saling terkait.
Pertama, dimensi ruang dan waktu. Dalam konteks penulisan sejarah perspektif
budaya, maka di mana dan kapan suatu peristiwa tersebut terjadi harus jelas dan
tegas. Pengandaian atau penyebutan secara samar jelas bakal mengaburkan fakta
sejarah. Kedua, konsep manusia sebagai animal rational dan latarbelakang
sejarahnya.
Menempatkan manusia sebagai aktor sejarah yang memiliki kemampuan berpikir
merupakan cikal-bakal munculnya ide-ide kreatif. Ide-ide kreatif muncul dalam
proses dialog interaktif manusia dengan realitas yang ia hadapi. Dari sinilah
akar kebudayaan manusia. Ketiga, setiap bangsa mendiami kawasan tertentu dan
memiliki pola pikir, sistem sosial serta budaya yang mereka warisi dari para
pendahulu. Bangsa Persia yang mendiami kawasan Barat Daya Iran merupakan bangsa
pendatang.
B.
Manfaat Sejarah
Dalam artikel
Landasan History Kependidikan Di Indonesia, banyak nilai – nilai sejarah yang
mempunyai faidah atau manfaat bagi dunia pendidikan bahkan mempunyai implikasi
dan peran yang besar terhadap dunia pendidikan yang dijadikan landasan
pendidikan dalam membangun tujuan dan system pendidikan nasional terhadap
bangsa kita.
Berbicara mengenai sejarah tentu berkaitan dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang memiliki subtansi berupa informasi kejadian yang bisa dijadikan konsep, tujuan, system dan teori dalam dunia pendidikan.
Berbicara mengenai sejarah tentu berkaitan dengan peristiwa atau kejadian masa lalu yang memiliki subtansi berupa informasi kejadian yang bisa dijadikan konsep, tujuan, system dan teori dalam dunia pendidikan.
Bahkan dikatakan
dalam artikel tinjauan landasan kependidikan Indonesia merupakan pandangan masa
lalu atau retrospektif. Realita , system Pendidikan Nasional merupakan hasil
pemikiran dan pengalaman sejarah yang dijadikan kajian dan dipetik hikmahnya
sehingga menghasilkan system pendidikan yang baik bagi bangsa kita. Bukti
mengatakan dari zaman kerajaan hingga kemerdekaan pendidikan kita mengalami
perkembangan yang meningkat. Dimulai dari zaman kerajaan yang bermula
pendidikan sebagai alat penyebaran agama. Pendidikan hanya untuk kalangan
bangsawan dan kerajaan. Pada zaman penjajahan kolonial, pendidikan pun masih
ekslusif, artinya pendidikan hanya untuk kalangan kaum ningrat sehingga
pendidikan sebagai alat kekuasaan dan sebaliknya, pembodohan yang terjadi bagi
rakya biasa. Akibat dari penjajahan juga dapat menghasilkan perubahan pemikiran
karena banyaknya tekanan yang membuatnya mempunyai keinginan untuk bebas,
merdeka dan ingin maju dalam perubahan nasibya.
Pada zaman penjajahan
Jepang , Jepang telah menghapus dualism system pendidikan Belanda menjadi
pendidikan untuk semua rakyat. Dalam zaman kemerdekaan masih menggunakan system
pendidikan tradisional, dimana pendidikan masih bersifat sederhana dan manual
karena pada awal kemerdekaan, bangsa Indonesia tengah konsentrasi dalam
mempertahankan kemerdekaan. Era orde baru, pemerintah mulai perhatian terhadap
dunia pendidikan. System pendidikan mulai terbagi yang terdiri dari pendidikan
dasar, menengah dan tinggi. Namun system pendidikan masih sentralisasi. Dalam
artian pendidikan terpusat yang bersifat” tuntas “yaitu segala sesuatu dikomando
dari atasan baik masalah kulit, isi sampai tataran tekhnisnya. Seiring dengan
perkembangan zaman, iklim poitik mempengaruhi perubahan, karena akibat
ketidakpuasan terhadap kebijakan pemerintah akhirnya, zaman berubah menjadi
reformasi disetiap bidang. Sampai saat ini dunia pendidikan mengalami perubahan
besar dari system sentralisasi menjadi desentralisasi yang dampaknya menjadikan
kemajuan bagi dunia pendidikan. Dari tradisional menjadi modern yang ditandai
dengan ilmu pengetahuan teknologi seperti penggunaan alat teknologi modern.
Adanya computer, laptop , hp , internet dan teknologi yang lain yang sering
dimanfaatkan dalam dunia pendidikan oleh pelaku pendidikan.
Penggunaan alat
komunikasi dan teknologi pun merambah pada tataran masyarakat yang sekarang
sudah familiar. Dampak dari penjajahan juga dapat menginspirasikan pemikiran
karena banyaknya tekanan yang membuatnya mempunyai keinginan untuk merdeka dan
ingin maju dalam perubahan. Sebagaimana yang telah dilakukan oleh pelopor
revolusi pendidikan seperti yang dilakukan oleh tokoh pendidikan kita, misalnya
Ki Hajar Dewantoro, Ki Ahmad Dahlan hingga Ny Kartini dan Dewi Sartika serta
yang lainnya. Dampak dari semua itu membuahkan perubahan pemikiran dalam dunia
pendidikan. Hal ini menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan terpengaruh oleh
sejarah masa lampau. Berdasarkan uraian diatas, maka sejarah mengandung nilai
manfaat dan pengaruh bagi pendidikan di negara kita. Dilihat secara aksiologi,
sejarah mengandung beberapa manfaat terhadap kehidupan pada umumnya dan dalam
ilmu pendidikan khususnya. Diantaranya meliputi :
1. Sejarah sebagai teladan
kehidupan.
Sejak jaman Sokrates,
Herodotos (484 – 425 s.M), dan Thucydides (456 – 396) orang memandang sejarah
sebagai teladan kehidupan. Teori ini disebut sebagai the examplar theory of
history. Sejarah dapat memberikan nilai atau norma yang dapat dijadikan pedoman
bagi kehidupan sehari-hari. Bagi orang Cina sejarah merupakan cermin kehidupan.
Tradisi penulisan sejarah bagi bangsa Cina sudah sangat tua. Raja atau dinasti
yang sedang berkuasa berkewajiban untuk menuliskan sejarah raja atau dinasti
yang digantikannya. Frasa semacam itu dalam bangsa Romawi kuno diungkapkannya
dalam adagium : historia vitae magistra, yang berarti sejarah adalah guru
kehidupan. Agar dapat hidup dengan lebih baik orang harus berguru kepada
sejarah.
2. Memperluas pengalaman-pengalaman
manusiawi.
Belajar sejarah sama artinya berdialog dengan
masyarakat dan bangsa manapun dan di saat kapan pun. Dari pengalaman sejarah
itu orang dapat menimba pengalaman-pengalaman dalam menghadapi dan memecahkan
problem-problem kehidupan dalam segala aspeknya seperti politik, ekonomi,
sosial dan budaya. Pada dasarnya problem-problem kehidupan manusia hampir sama,
yang berbeda adalah detail dan intensitasnya. Cara mengatasi dan memberikan
tanggapan terhadap masalah, baik secara intelektual maupun secara emosional,
juga tidak terlalu berbeda. Dengan belajar sejarah, karenanya, sikap dan
kepribadian seseorang akan menjadi lebih matang.
3. Dengan belajar sejarah akan
memungkinkan seseorang untuk dapat memandang sesuatu secara keseluruhan (to see
things whole).
Sejarah menawarkan
begitu banyak dan bervariasi (the multiplicity or variety) kondisi dan
pengalaman manusia. Tidak ada disiplin ilmu yang mampu menyajikan rekaman
pengalaman manusia yang begitu menyeluruh, selain sejarah. Agama, filsafat, dan
ilmu-ilmu sosial lainnya memberikan sumbangan yang sama, namun hanya sebatas
dan menurut cara ilmu itu sendiri. Dimensi keseluruhan dalam sejarah diharapkan
akan mampu membangun keutuhan kepribadian manusia.
4. Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa.
4. Sejarah memiliki peranan penting dalam pembentukan identitas dan kepribadian bangsa.
Suatu masyarakat atau
bangsa tak mungkin akan mengenal siapa diri mereka dan bagaimana mereka menjadi
seperti sekarang ini tanpa mengenal sejarah. Sejarah dengan identitas bangsa
memiliki hubungan timbal-balik. Akar sejarah yang dalam dan panjang akan
memperkokoh eksistensi dan identitas serta kepribadi suatu bangsa. Bangsa itu,
karenanya, akan bangga dan mencintai sejarah dan kebudayaannya.
Terciptanya konsep
pendidikan nasional tak lepas dari sejarah masa lampau yang kemudian berkembang
sehingga melahirkan hasil perubahan peradaban dan kebudayaan yang membawa
dampak dan berimbas keranah pendidikan.Dalam dunia pendidikan khusunya sejarah
memiliki manfaat bagi sitem pendidikan nasioanal yaitu :
1. Terciptanya perubahan system
pendidikan.
Sistem pendidikan
yang dulu elitis ke populis, beralihnya pendidikan tradisioanal ke modern, dari
sentralisasi ke desentralisasi menjadi system pendidikan yang humaniora dan bersifat
holistic dan integral.
2.Munculnya perubahan kebijakan
dalam dunia pendidikan
Kebijakan pendidikan
dipengaruhi oleh sejarah sebagai salah satu faktornya. Fenomena sejarah
menggambarkan perubahan kebijakan pendidikan. Seiring dengan sejarah
perkembangan politik, tentu akan mempengaruhi kebijakan pemerintah dalam
pendidikan. Sebutlah contoh pada masa orde baru, pemerintah berupaya untuk
merubah system pendidikan yang bersifat elitis menuju system pendidikan yang
bersifat menyeluruh bagi rakyat dan pada zaman reformasi kebijakan pemerintah
banyak membawa pengaruh manfaat besar bagi pendidikan misal; manajemen MBS,
total quality management , adanya program wajib belajar, adanya BOS dan
sebagainya. Semua itu belajar dari pengalaman sejarah masa lalu yang dijadikan
sebagai pedoman untuk membuat suatu kebijakan baru.
3. Perubahan proses dalam system
pembelajaran
Sejarah menyebabkan
perubahan baru dalam dunia pendidikan, terutama dalam proses pembelajaran
sangat dipengaruhi oleh kemajuan zaman . Berawal dari pendidikan yang
tradisional hingga berubah menjadi pendidikan yang modern. Suatu pendidikan
modern sebagai cirinya adalah ditandai oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Dalam proses pembelajaran tentu mengalami perubahan dari zaman
dahulu sampai saat ini. Contoh ; pembelajaran yang bersifat monoton dan
berpusat kepada guru / pendidik kini banyak pembelajaran yang besifat
kontrukstivisme sehingga akan mengembangkan daya kreaif, inovatif dan aktif
bagi peserta didik. Hal ini adanya pengalaman masa lalu yang dievaluasi
sehingga terinspirasi munculnya idea atau gagasan baru pada proses pembelajaran
baik dalam metode, strategi, media maupun alat pembelajaran agar siswa menjadi
berkembang secara mandiri dan berkualitas baik kognitif, psikomotor dan
affektifnya.
C.
Implikasi Sejarah Terhadap Konsep
Pendidikan Nasional
Masa lampau
memperjelas pemahaman kita tentang masa kini. Sistem pendidikan yang kita
miliki sekarang adalah hasil perkembangan pendidikan yang tumbuh dalam sejarah
pengalaman bangsa kita pada masa yang telah lalu. Hal ini sudah terbukti dengan
adanya kemajuan perkembangan zaman dalam segala bidang, misalnya; ilmu
pengetahuan, teknologi, sains, politik, ekonomi, social dan bidang yang
lainnya. Pembahasan tentang landasan sejarah di atas memberi implikasi
konsep-konsep pendidikan sebagai berikut:
1. Tujuan Pendidikan diharapkan
bertujuan dan mampu mengembangkan berbagai macam potensi peserta didik serta
mengembangkan kepribadian mereka secara lebih harmonis.
Tujuan pendidikan
juga diarahkan untuk mengembangkan aspek keagamaan, kemanusiaan, kemanusiaan,
serta kemandirian peserta didik. Di samping itu, tujuan pendidikan harus
diarahkan kepada hal-hal yang praktis dan memiliki nilai guna yang tinggi yang
dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nyata.Hal ini sebagaimana tertuang dalam
UUD 1945 (versi Amendemen), Pasal 31, ayat 3 menyebutkan, "Pemerintah
mengusahakan dan menyelenggarakan satu sistem pendidikan nasional, yang
meningkatkan keimanan dan ketakwaan serta ahlak mulia dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, yang diatur dengan undang-undang." Pasal 31, ayat 5
menyebutkan, "Pemerintah memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan
menunjang tinggi nilai-nilai agama dan persatuan bangsa untuk kemajuan peradaban
serta kesejahteraan umat manusia."
Jabaran UUD 1945
tentang pendidikan dituangkan dalam Undang-Undang No. 20, Tahun 2003. Pasal 3
menyebutkan, "Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab."
2. Proses Pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
2. Proses Pendidikan terutama proses belajar-mengajar dan materi pelajaran harus disesuaikan dengan tingkat perkembangan peserta didik, melaksanakan metode global untuk pelajaran bahasa, mengembangkan kemandirian dan kerjasama siswa dalam pembelajaran, mengembangkan pembelajaran lintas disiplin ilmu, demokratisasi dalam pendidikan, serta mengembangkan ilmu dan teknologi.
3. Kebudayaan Nasional Pendidikan
harus juga memajukan kebudayaan nasional.
Sejarah membawa
perubahan kebudayaan. Dari zaman dahulu sampai saat ini, adanya perubahan
budaya karena pengalaman sejarah melalui penemuan baru, pertukaraan budaya
akibat penjajahan bangsa asing dan reinterpretasi sehingga sejarah membawa
dampak perubahan peradaban kebudayaan melalui peranan pendidikan.
4. Inovasi-inovasi Pendidikan.
Inovasi-inovasi harus bersumber dari hasil-hasil penelitian pendidikan di
Indonesia, bukan sekedar konsep-konsep dari dunia Barat sehingga diharapkan
pada akhirnya membentuk konsep-konsep pendidikan yang bercirikan Indonesia.
5. Hal ini bisa ditarik simpulan
bahwa system pendidikan nasional merupakan hasil warisan dari sejarah yang
dialami oleh bangsa kita.karena belajar dan bercermin dari pengalaman sejarah
pendidikan nasional kita dapat berubah dan berkembang maju.
Dimana factor sejarah
banyak memberikan kontribusi penemuan baru sehingga menemukan inovasi-inovasi
baru dalam dunia pendidikan. Secara ontologis, hakekat tujuan pendidikan
nasional adalah menjadikan manusia yang berilmu dan bermartabat dengan
aksiologinya sehingga pendidikan diharapkan dapat dinikmati oleh seluruh
masyarakat agar hidup sejahtera, dan bahagia.
D. Implementasi Terhadap Pendidikan
Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia: Implementasi adalah penerapan
Pendidikan adalah upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya. Dasar pendidikan adalah cita-cita kemanusiaan universal. Filsafat pendidikan adalah filsafat yang digunakan dalam studi mengenai masalah-masalah pendidikan.
Jadi
implementasi filsafat ilmu dalam pendidikan adalah penerapan filsafat ilmu
dalam upaya mengembangkan potensi-potensi manusiawi peserta didik baik potensi
fisik potensi cipta, rasa, maupun karsanya, agar potensi itu menjadi nyata dan
dapat berfungsi dalam perjalanan hidupnya.
Aliran filsafat idealisme terbukti cukup banyak
memperhatikan masalah-masalah pendidikan, sehingga cukup berpengaruh terhadap
pemikiran dan praktik pendidikan. William T. Harris adalah tokoh aliran
pendidikan idealisme yang sangat berpengaruh di Amerika Serikat. Bahkan, jumlah
tokoh filosof Amerika kontemporer tidak sebanyak seperti tokoh-tokoh idealisme
yang seangkatan dengan Herman Harrell Horne (1874-1946). Herman Harrell Horne
adalah filosof yang mengajar filsafat beraliran idealisme lebih dari 33 tahun
di Universitas New York.
Belakangan, muncul pula Michael Demiashkevitch, yang
menulis tentang idealisme dalam pendidikan dengan efek khusus. Demikian pula
B.B. Bogoslovski, dan William E. Hocking. Kemudian muncul pula Rupert C. Lodge
(1888-1961), profesor di bidang logika dan sejarah filsafat di Universitas
Maitoba. Dua bukunya yang mencerminkan kecemerlangan pemikiran Rupert dalam
filsafat pendidikan adalah Philosophy of Education dan studi mengenai
pemikirian Plato di bidang teori pendidikan. Di Italia, Giovanni Gentile
Menteri bidang Instruksi Publik pada Kabinet Mussolini pertama, keluar dari
reformasi pendidikan karena berpegang pada prinsip-prinsip filsafat idealisme
sebagai perlawanan terhadap dua aliran yang hidup di negara itu sebelumnya,
yaitu positivisme dan naturalisme.
Idealisme
sangat concern tentang keberadaan sekolah. Aliran inilah
satu-satunya yang melakukan oposisi secara fundamental terhadap naturalisme.
Pendidikan harus terus eksis sebagai lembaga untuk proses pemasyarakatan
manusia sebagai kebutuhan spiritual, dan tidak sekadar kebutuhan alam semata.
Gerakan filsafat idealisme pada abad ke-19 secara khusus mengajarkan tentang
kebudayaan manusia dan lembaga kemanuisaan sebagai ekspresi realitas spiritual.
Para murid yang menikmati pendidikan di masa aliran
idealisme sedang gencar-gencarnya diajarkan, memperoleh pendidikan dengan
mendapatkan pendekatan (approach) secara khusus. Sebab, pendekatan
dipandang sebagai cara yang sangat penting. Giovanni Gentile pernah
mengemukakan, “Para guru tidak boleh berhenti hanya di tengah pengkelasan
murid, atau tidak mengawasi satu persatu muridnya atau tingkah lakunya. Seorang
guru mesti masuk ke dalam pemikiran terdalam dari anak didik, sehingga kalau
perlu ia berkumpul hidup bersama para anak didik. Guru jangan hanya membaca
beberapa kali spontanitas anak yang muncul atau sekadar ledakan kecil yang
tidak banyak bermakna.
Bagi aliran idealisme, anak didik merupakan seorang pribadi tersendiri,
sebagai makhluk spiritual. Mereka yang menganut paham idealisme senantiasa
memperlihatkan bahwa apa yang mereka lakukan merupakan ekspresi dari
keyakinannya, sebagai pusat utama pengalaman pribadinya sebagai makhluk spiritual.
Tentu saja, model pemikiran filsafat idealisme ini dapat dengan mudah
ditransfer ke dalam sistem pengajaran dalam kelas. Guru yang menganut paham
idealisme biasanya berkeyakinan bahwa spiritual merupakan suatu kenyataan,
mereka tidak melihat murid sebagai apa adanya, tanpa adanya spiritual.
E. PERSPEKTIF SEJARAH
1. PENGERTIAN PERSPEKTIF
Perspektif berasal dari bahasa italia "Prospettiva"
yang berarti gambar pandangan atau sudut pandangan , namun menurut Leornardo
da Vinci perspektif adalah suatu yang alami yang terbentuk dari relief
datar menjadi suatu relief bidang atau ruang. jadi kesimpulannya perspektif
adalah suatu teknik sistem matematika membentuk suatu proyeksi bidang tiga
dimensi ke dalam bidang dua dimensi , seperti kertas atau canvas. hal ini
dapat membentuk kemungkinan untuk mengambar sebuah objeck atau benda dalam
suatu ruang secara nyata diatas bidang datar atau dapat membentuk suatu gambar
geometri sehingga tampak di gambarkan atas ,bawah,samping,dan depan pada objeck
tersebut.
2. SEJARAH PERSPEKTIF
Sejak
para seniman mencoba untuk mengekspresikan bentuk tiga dimensi kedalam bidang
dua dimensi, dengan sadar ataupun tidak sadar mereka telah terlibat
dengan semacam perspektif. Aliran realis pertama sekali di perkenalkan ke dalam
gambar atau lukisan dengan pengunaan bayangan pada zaman Pericles.
pemendek garis perspektif dan pemancar sinar,sebagian telah di ketahui sekitar
abad 4 SM dan Fragmen-fragmen karya ini tidak turut musnah dengan kehancuran Pompeii
(tahun 79 M).
perkembangan perspektif sebagai ilmu pengetahuan dimulai pada zaman renaissance.Paolo
perkembangan perspektif sebagai ilmu pengetahuan dimulai pada zaman renaissance.Paolo
Uccelo
(1397 - 1475 )
telah menghabiskan begitu banyak waktu untuk mempelajarinya. pekerjaannya kemudian
di ikuti oleh dengan yang lain. dipelopori oleh Fillipo Brusnelleschi (1379
- 1446) seorang ahli bangunan, dilanjutkan oleh Leona Battista Alberti
(1404-1472 ) seorang arsitek.
Piero
degli Franceschi (1420 -1492)
seorang pelukis dan ahli matematika, telah menulis buku pelajaran mengenai
perspektif . Barozzio da Vignolia (1507-1573 ) dan Andrea Mantegna
(1431-1516 ) mengunakan teknik perspektif dalam figur lukisan. pengunaan
konstruksi perspektif ini menyebar cepat dengan adanya penemuan mesin cetak dan
pekerjaan pemahat-pemahat sepeti Albercht Durer ( 1472-1528)
Perpective oleh Albrecht Durer
Cetakan tua dari abad 16 memperlihatkan suatu metode sederhana
untuk memindahkan sebuah objek ke dalam bidang gambar |
|
Sebelum tahun 1500,
konstruksi perspektif telah dicoba dan diuji kemungkinan-kemungkinannya.
Leonardo da Vinci memasukkan diagram-diagram dan keterangan-keterangan
mengenai perspektif dalam buku-buku catatannya. pada tahun 1499 ia membuat
diagram-diagram untuk buku karangan teman nya, ahli matematika Fra Luca
Pacioli yang berjudul " De Devina Proportione ".
Lukisan-lukisan
perspektif dan buku-buku mengenai teori perpektif bermunculan pada jaman Barok.
Pada tahun 1715 muncul sebuah teori perspektif dari taylor, yang kemudian
dikembangkan sampai sekarang . pada jaman Barok, Eropa untuk pertama kalinya
mengenal lebih dekat dengan lukisan-lukisan Tiongkok. Lukisan-lukisan ini masih
ada kekurangannya, yaitu keaslian menurut alamiahnya dan aturan perspektif atau
kebenaran perspektifnya.

"whitering trees
and bamboo" cina abad 17 oleh yun shou-p'ing.
efek pengambaran perspektif dari udara dengan pemberian tekanan pada
objek terdekat dan efek kabut pada perbukitan yang jauh
efek pengambaran perspektif dari udara dengan pemberian tekanan pada
objek terdekat dan efek kabut pada perbukitan yang jauh
Gambar-gambar dari
Tiongkok ini dapat disejajarkan dengan gambar pada zaman Rokoko di
Eropa, yaitu gambar perpektif dengan banyak titik hilang. manusia abad ke-19
berpendapat sistem ini terlalu di buat-buat , terlalu berbelit-belit dan juga
tidak cukup tepat.maka mereka mengambangkan fotografi.
sejak zaman
renaissans, pada seniman telah memperbaharui teknik-teknik perspektif. thomas
Eakins ( 1844-1916 ) membuat sebuah gambar lengkap dengan bayangan
yang sangat akurat. beberapa kritikus berpendapat bahwa gambar dengan teknik
perspektif 'dihancurkan' oleh para seniman modern , seperti Pablo Picasso
di awal ke-20, namun beberapa seniman modern tidak benar-benar meninggalkan
teknik perspektif , mereka meminjam tekniknya,mengelaborasikannya dengan karya
mereka dan memperbaiki teknik-tekniknya, yang menjadikan gambar perspektif
sebagai sebuah karya seni sekaligus ilmu pasti.
BAB IV
KESIMPULAN
A. KESIMPULAN
Kata sejarah berasal
dari bahasa arab syajarah (pohon) dengan pengertian silsilah, riwayat,
babad, tarikh. Kata-kata lain yang ekuivalen semisal history
(Inggris), geschichte (German), dan geschiedenis (Belanda).
Ibnu Khaldun[1]
memberikan pengertian sejarah sebagai catatan tentang masyarakat umat manusia
atau peradaban dunia; tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada watak
masyarakat itu, seperti kelahiran, keramah-tamahan, solidaritas golongan,
revolusi dan pemberontakan, dsb. (Tamburaka, 1999;10).
Sedangkan sejarah
menurut Murtadha Muthahari[2]
(1995; 65-67) mencakup tiga pengertian; pertama, pengetahuan tentang
kejadian / peristiwa dan keadaan kemanusiaan di masa lampau dalam kaitannya
dengan keadaan masa kini (sejarah naqli / tradisional); kedua,
pengetahuan tentang hukum-hukum yang tampak menguasai kehidupan masa lampau,
yang diperoleh melalui penyelidikan dan analisis atas peristiwa-peristiwa masa
lampau (sejarah ilmiah); ketiga, pengetahuan tentang perubahan-perubahan
bertahap yang membawa masyarakat dari satu tahap ke tahap lain, dengan kata
lain sejarah adalah ilmu tentang ‘menjadi’ masyarakat, bukan tentang ‘maujud’nya
saja (filsafat sejarah).
DAFTAR PUSTAKA
1.
Ornstein, Alan, C., & Levine, Daniel, U., (ed.), 1988, An Introduction to
The Foundation of Education, Houghton Miftin Company: Boston.
2.
Palmer, Joy, A., 2001, Fifty Major Thinkers on Education: From Confucius to
Dewey, Routledge: London.
3.
Provenzo, Eugene, F., & John Philip Renaud (ed.), 2009, Encyclopedia of The
Social and Cultural Foundations of Education (vol. 1-3). Sage Publications:
London.
4.
Unger, Harlow, G., 2007, Encyclopedia of American Education (vol. 1-3), Facts
On File Inc.: NY.
5.
Winch, Christoper & John Gingell, 1999, Philosophy of Education: The Key
Concepts (2nd ed.). Routledge: London.
6.
Wakhudin dan Trisnahada. Filsafat Naturalisme. (Makalah) Bandung: PPS-UPI
Bandung
Komentar
Posting Komentar